Sudaryanto saat itu menjadi mahasiswa Institut Koperasi di Moskow, Rusia.
Dia berkuliah di sana karena mendapat beasiswa dari pemerintah Rusia.
"Terus setelah terjadi peristiwa 1965 karena saya juga tidak memenuhi syarat screening pada saat itu dilakukan, karena di sana ada poin bahwa harus mengutuk Bung Karno. Ini yang langsung tidak saya terima," kata Sudaryanto.
"Dan akhirnya dalam seminggu sesudahnya saya (menerima) surat pemberitahuan bahwa paspor saya sudah dicabut dan saya kehilangan kewarganegaraan," ungkapnya.
Sejak saat itu, Sudaryanto tinggal di Rusia. Dia mendapat jaminan dari pemerintahan Rusia (saat itu Uni Soviet) untuk tetap menyelesaikan kuliah.
Dia pun mendapatkan pekerjaan dari pemerintah setempat hingga pensiun.
Sudaryanto juga sempat menjadi dosen hingga dekan di Universitas Koperasi di Rusia.
Atas pencapaiannya itulah, dia bisa berhubungan dengan akademisi di Indonesia.
"Saya telah mengadakan beberapa kunjungan ke Indonesia, mengadakan beberapa pembicaraan dengan universitas-universitas di Indonesia, membaca sedikit informasi," kata Sudaryanto.
"Jadi hubungan dengan Indonesia sesudah tahuh 2000 kembali normal kemudian pemerintah Indonesia memberikan kesempatan untuk bisa mengunjungi Indonesia dimana diperlukan," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.