Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Husen Mony
Dosen

Mengajar Komunikasi Politik & Jurnalistik/Penulis

Dinamika Pilpres dan Kontestasi Nir-Gagasan

Kompas.com - 09/06/2023, 06:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PROPOSAL yang ditawarkan Prabowo Subianto dalam upaya menyikapi perang Ukraina dan Rusia, mendapat kritikan keras dari luar dan dalam negeri.

PDIP, melalui Sekjennya, Hasto Kristiyanto, mengkritik proposal tersebut sebagai ide buruk yang menunjukan Prabowo tidak memahami kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas dan aktif.

Menurut Hasto, jika Ganjar Pranowo yang menawarkan proposal tersebut, pasti akan selaras dengan pikiran Bung Karno, seperti menginisiasi Konferensi Asia Afrika dulu.

Sebelumnya, Gerindra pernah melayangkan serangan terhadap bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo. Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hasim Djojohadikusumo, menyerang Ganjar dengan perkataan capres yang doyan nonton film porno.

Omongan Hasyim tersebut memang benar fakta karena diakui sendiri oleh Ganjar dalam sebuah podcast, jauh sebelum dirinya dicalonkan PDIP menjadi capres 2024.

Tak berbeda dengan dua kandidat bakal capres sebelumnya, Anies Baswedan, juga melakukan serangan yang sama kepada Ganjar Pranowo.

Pada pidatonya di hadapan pendukungnya, Anies mengatakan kalau kunjungannya ke daerah-daerah bukan berolahraga lari lalu selfi dan kemudian di-upload ke media sosial. Menurut dia, dalam setiap kunjungan ke rakyat, tidak pernah membawa kamera.

Memang, berbagai perilaku saling sindir tersebut, meski tidak secara eksplisit menyebutkan nama yang diserangnya, namun sangat mudah bagi masyarakat tahu siapa gerangan orang yang disindir oleh masing-masing bacapres atau kelompoknya.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa realitas politik menuju pilpres 2024, hari ini, masih sangat dijejali ucapan ataupun pernyataan nir-gagasan.

Tentu sangat mengkhawatirkan, sebab sudah tinggal beberapa bulan lagi, rakyat masih disuguhkan perang sindir tanpa makna substantif.

Sampai saat ini, rakyat Indonesia masih menunggu, baik Prabowo, Ganjar, maupun Anies mau berbuat apa untuk rakyat, bangsa, dan negara ini lima tahun ke depan, jika nanti terpilih menjadi presiden.

Riuhnya Gimmick

Selain sindir-menyindir, politik menuju panggung RI 1 juga dipenuhi dengan berbagai keriuhan gimmick politik, terutama dilakukan oleh para elite dari partai pengusung.

Hampir setiap hari, tak henti-hentinya pengusung Anies Baswedan memproduksi gimmick ke publik.

Kelompok ini melakukan politik victimisasi seakan pemerintah sedang berupaya menjegal Anies untuk menjadi kandidat capres.

Padahal, jika mau jujur, problemnya ada pada tubuh Koalisasi Perubahan itu sendiri. Partai-partai pengusung seperi PKS, Nasdem, dan Demokrat, sampai hari ini masih belum selesai menyepakati siapa yang akan jadi calon wakil presiden pendamping Anies.

Belum adanya kesepakatan itu, tentu patut diduga karena masing-masing dari mereka masih berkutat dalam ego untuk meloloskan kepentingannya. Ironisnya, rakyat diajak untuk membenci pihak eksternal sebagai biang masalahnya.

Gimmick politik juga dilancarkan oleh PDIP yang dinilai sebagai upaya mengkooptasi kohesi Koalisi Perubahan.

Puan Maharani, di hadapan awak media menyatakan bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah salah satu calon yang juga masuk dalam hitungan PDIP untuk dipasangkan dengan Ganjar Pranowo.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com