Pun, Ganjar menolak kedatangan Tim Israel ke Indonesia, sebagai protes atas invasi yang kerap dilakukan oleh negara itu ke Palestina – jutaan rakyat Palestina yang menjadi korbannya.
Para elite politik tentu saja sama-sama memahami niat baik dari tindakan kedua capres di atas. Namun, atas nama kepentingan politik partai dan kelompoknya, misi yang dilandasi dengan niat mulia tersebut diframe sedemikian mungkin, seolah-olah buruk.
Rakyat yang tidak dewasa kemudian menerima frame itu sebagai kebenaran, sehingga munumbuhkan perasaan kebencian terhadap yang lain.
Kontestasi nir-gagasan yang lebih banyak dibumbui dengan gimmik poltik serta kapitalisasi blunder, makin meluas karena adanya amplifikasi media.
Setiap hari media memburu soundbite dan clikbait dari para politisi oportunis-pragmatis, untuk kemudian disebarkan ke rakyat melalui apa yang mereka klaim sebagai kebijakan ruang redaksi.
Upaya konstruksi terhadap realitas politik hari ini, melalui frame pemberitaan yang dilakukan media, seperti mengangkangi prinsip dan etika jurnalistik yang seharusnya menjadi pandu dalam gerak mereka.
Frame itu muncul tentu saja melalui potongan pernyataan yang menegasikan konteks, headline yang menggiring, penggunaan diksi yang kurang bijak, dan lain sebagainya.
Ironisnya lagi, media tanpa malu-malu menghiasi ruang redaksi dengan warna yang selaras baju partai, si empunya media.
Situasi semakin buruk ketika rakyat pengguna media sosial (netizen) ikut lebur dalam hiruk pikuk politik praktis, tanpa menghidupkan alarm kebajikannya.
Padahal, sebagaimana yang diingatkan Kovach dan Rosenstiel, dalam karyanya Blur: How to Know What's True in the Age of Information Overload, warga (netizen) punya hak dan juga tanggung jawab dalam penyebaran informasi.
Belum terlambat memang, meski beberapa bulan sudah terbuang percuma, rakyat Indonesia tentu saja sedang menunggu ide dan gagasan para calon-calon yang ada.
Apa yang akan mereka perbuat untuk Indonesia selama lima tahun ke depan, perlu digaungkan segera secara jelas. Dengan itu, rakyat tidak merasa sedang membeli kucing dalam karung.
Kepada Ganjar Pranowo, langkah konkret dari melanjutkan perjuangan Presiden Joko Widodo itu seperti apa?
Apa yang akan Anda ubah dari pemerintahan saat ini, jika nanti terpilih wahai Anies Baswedan?
Sedangkan untuk Probowo Subianto, apa yang akan Anda lanjutkan (mengingat Anda bagian dari pemerintah) atau akan Anda ubah dari pemerintahan saat ini (mengingat pemilihmu sebagian dari sisa-sisa residu Pilpres 2019 lalu)?
Pada akhirnya, sebagai rakyat, kita pun pasti bertanya kebaruan apa yang akan Anda bertiga tawarkan, mengingat segala tantangan yang akan lahir dari situasi ketidakpastian global pada waktu-waktu mendatang?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.