Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ikrama Masloman
Strategic Manager KCI LSI

Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia

Anies Buntu! Siapa Beruntung?

Kompas.com - 08/06/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bingkai cerita sukses itu dengan mimpinya untuk Indonesia, yang menguatkan personality bahwa dia mampu, punya kepemimpinan kuat, dan punya tawaran.

Ketimbang bertumpu dengan cara berpolemik terkait isu nasional untuk mengejar sentimen antirezim semata, yang sayangnya tidak didukung data valid.

Contohnya, membandingkan jalan era Jokowi dan SBY, yang kemudian dibantah banyak pihak. Polemik seperti itu juga ditemukan pada isu subsidi dan isu lainnya.

Selain tidak memperbesar ceruk pemilih, Anies berpotensi kehilangan basis pemilih karena terlalu berhati-hati dan inkonsitensi dalam gerakan, seperti diam dalam penolakan terhadap oligarki yang mungkin bersemayam dalam tubuh rezim, bahkan di tubuh partai pengusung.

Kemudian, sikap diamnya terkait keikutsertaan Israel pada Piala Dunia U20, yang banyak didukung pendukungnya.

Hal ini tentu bukan sekadar isu semata, namun sikap dan keberpihakan yang dicermati publik yang membentuk gambaran tentang kandidat capres, apakah dia pemimpin kuat atau seorang opurtunis.

Muzafer Sheriff dan Carolyn Sheriff dalam studinya, membagi penerimaan publik atas persuasi kampanye kandidat, dalam tiga bagian.

Pertama, latitude of Acceptance atau titik penerimaan komunikator (kandidat) terterima atau dapat ditoleransi kehadirannya.

Kedua, latitude of rejection.Titik ini disebut titik penolakan, di mana menguatnya resistensi atau berseberangan.

Ketiga, latitude of no commitment atau kondisi netral karena belum ada penerimaan sekaligus juga penolakan.

Pada tiga zona ini, Anies membutuhkan langkah radikal untuk memperbesar penerimaan tanpa mengurangi resistensi dari basis pemilihnya.

Kedua, kebuntuan hambatan pencapresan (barrier to entry). Setidaknya ada tiga alasan. Pertama prahara yang masih menghantui Partai Demokrat, di mana Demokrat versi Moeldoko mengajukan empat bukti baru ke Mahkamah Agung pada Mei 2023, untuk pengesahan kepengurusannya.

Kedua, prahara dugaan korupsi delapan triliun rupiah yang menimpa Johnny G. Plate selaku Menkominfo, yang merupakan Sekjen Partai Nasdem. Ditambah guncangan-guncangan personal yang dialami pimpinan Partai Nasdem.

Kebuntuan lain, yaitu rukun-rukun wajib koalisi yang terasa belum ditunaikan.

Karena sejatinya disiplin koalisi tidak dibentuk hanya sekadar membangun kesepahaman (mutual understanding) atau terdapat political chemistry semata.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com