Saat ini, para politisi terutama petahana, baik kepala daerah atau legislator, banyak yang mulai menggunakan media sosial atau membuat website pribadi dengan konten-konten menarik dan kreatif.
Beberapa tampil ala youtubers atau konten kreator yang secara rutin mengirimkan aktivitas dalam bentuk video untuk menjangkau lebih banyak khalayak.
Sosialisasi dan upaya mendapatkan dukungan politik yang secara konvensional, lewat pengerahan massa dan panggung hiburan yang sudah tentu high cost, kerap kurang efektif juga tidak partisipatif mulai bergeser pada pendekatan yang lebih kreatif.
Fenomena politik kreatif ini, misalnya, dapat dilihat pada penggunaan baju dengan corak kotak-kotak dalam upaya memenangkan pasangan calon Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012.
Baju yang awalnya dibeli di Pasar Tanah Abang untuk digunakan kandidat saat mendaftar ke KPU, kemudian menjadi simbol kreatif untuk mengidentifikasi para pendukung Jokowi-Ahok dalam kampanye, turut membawa pasangan itu mengalahkan petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Cara kreatif dalam proses politik juga nampak pula dilakukan oleh relawan ‘Teman Ahok’ saat mendukung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama yang kembali maju berkontestasi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Relawan ‘Teman Ahok’ saat itu beralasan atau merasa kepemimpinan Ahok perlu dilanjutkan karena dinilai membawa beberapa perubahan besar untuk Jakarta.
Bermodal tekad menyelamatkan Ahok dari ‘hutang budi’ terhadap partai politik (parpol), para relawan ‘Teman Ahok’ yang dikoordinasi sejumlah anak muda, bekerja kreatif, terutama memanfaatkan media sosial.
Mereka juga pengadaan posko di sejumlah mal untuk menggalang dukungan KTP sebagai syarat pencalonan Ahok lewat jalur independen. Hasilnya pun membuat banyak orang tercengang, termasuk parpol.
Tercatat lebih dari satu juta KTP terkumpul lewat aksi ‘politik kreatif’ untuk mendukung Ahok maju melalui jalur perseorangan. Miliaran rupiah uang pun terkumpul dari penjualan kaus dan aksesoris lainnya untuk kepentingan kampanye, hasil dari fundraising itu.
Sekalipun Ahok akhirnya maju lewat jalur parpol dan gerakan ‘Teman Ahok’ ditengarai bisa bergerak secara masif karena didukung kelompok pebisnis tertentu, pastinya fenomena ini menjadi catatan tersendiri bahwa proses politik, terutama partisipasi warga dapat diupayakan dan dikemas lewat pendekatan kreatif.
Seperti halnya pula dengan "Konser Salam Dua Jari" yang dilakukan oleh tim pendukung atau pemenangan Jokowi pada akhir masa kampanye, sebelum akhirnya terpilih dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014.
Hadirnya berbagai musisi dalam konser di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) adalah cara kreatif dalam menghadirkan dukungan, dan membentuk impresi dan persepsi publik yang kuat terhadap kandidat capres.
"Konser Salam Dua Jari" sekalipun adalah ajang menggalang dukungan politik, tapi diberi embel-embel ‘Konser Kemanusiaan’. GBK yang berkapasitas 88.000 orang tersebut dipadati oleh pendukung Jokowi-JK.
“Seumur hidup saya belum pernah melihat konser kemanusiaan sebesar ini," kata Abdee Slank salah satu inisiator kegiatan kepada Tempo, 6 Juli 2014 mengenai ‘Konser Politik’ itu.
Massa yang terdiri dari simpatisan, insan kreatif, milenial dan influencer itu turut membangun opini yang kuat, bahwa ada dukungan masif pada salah satu pasangan kandidat jelang pencoblosan.
Pilihan untuk membuat kampanye pamungkas mendekati hari pilpres dalam bentuk konser yang dibungkus embel-embel ‘kemanusiaan’ itu menjadi strategi jitu dan tentu adalah bentuk politik kreatif.
Penggunaan politik kreatif juga dapat dilihat saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno meluncurkan program ‘politik kreatif’, One Kecamatan One Center for Entrepreneurship.
Program yang disingkat OKE-OCE itu, digagas oleh Sandiaga Uno yang merupakan pengusaha nasional. Meski merupakan program nyata, namun sulit ditepis adalah sebagai strategi branding saat kampanye untuk membangun citra dan menggalang dukungan politik.
Menjadi politik kreatif yang menarik, karena selain berdampak politik, yakni meningkatkan citra, popularitas dan elektabilitas kandidat, juga bermanfaat terutama dalam mendorong ekonomi warga.
Aksi lari pagi oleh Ganjar Pranowo saat berkunjung ke sejumlah kota usai ditetapkan sebagai bakal capres dari PDIP juga adalah politik kreatif. Memanfaatkan kegemaran berlari untuk sosialisasi politik, menyapa massa pendukung dan punya konten untuk media.
Tentu ada berbagai praktik politik kreatif yang ada di sekeliling kita. Cara-cara baru dan kreatif yang dilakukan para politisi atau juga pendukungnya dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan menjadi pendekatan politik kreatif.
Setiap kegiatan atau aktivitas politik yang dilakukan atau disajikan secara kreatif dan merupakan satu inisiatif baru, dapat dikatakan sebagai politik kreatif. Adalah cara masyarakat dan politisi adaptif dengan perubahan sosial. Creative today, successful later.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.