JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menerima Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/6/2023).
Menurut Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI Ahmad Doli Kurnia, Jokowi menyampaikan klarifikasi soal cawe-cawe atau turut campur yang sempat disampaikan saat bertemu dengan pimpinan media massa nasional beberapa waktu lalu.
"Beliau sampaikan klarifikasi soal cawe cawe. Jadi konteksnya Presiden sebetulnya ingin sampaikan kepada siapapun yang akan menjadi penerus atau presiden dan wapres di periode akan datang, itu harus mempunyai persepsi yang sama," ujar Doli usai pertemuan.
Baca juga: Soal Jokowi Cawe-cawe Pilpres, Ganjar Sebut Kader Wajib Ikut Campur
"Dalam menghadapi realitas yang tidak mudah, tadi situasi tidak mudah tapi peluangnya besar," lanjutnya.
Selain itu, kata Doli, Presiden Jokowi menekankan bahwa saat ini merupakan momentum Indonesia untuk melakukan lompatan yang luar biasa dalam beberapa tahun ke depan.
Pasalnya, Indonesia mempunyai sumber daya, salah satunya dalam penyediaan sumber energi kendaraan listrik.
"Ini yang saya kira menjadi tools untuk kita bisa lompat menjadi negara yang maju. Oleh karena itu, semua pihak harus terlibat," ujarnya.
Baca juga: Hasto Sebut Hanya PDI-P yang Bela Jokowi Usai Dikritik soal Cawe-cawe
"Termasuk Pak Presiden saya kira keterlibatannya bagaimana menyampaikan pesan-pesan untuk kepentingan bangsa dan negara dan kemajuan yang akan dicapai," imbuh Doli.
Politikus Golkar itu menyampaikan, Presiden Jokowi sadar tentang posisinya sebagai Presiden, Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.
Presiden juga sadar bahwa proses politik di pemilu lebih melibatkan pimpinan-pimpinan parpol.
"Yang Pak presiden juga tidak ada di dalamnya. Jadi konteks cawe-cawe itu adalah keterlibatan untuk bagaimana supaya kita smua ini memahami situasi dan kondisi dan punya tekad untuk maju terus menjadi negara yang lebih baik," tambah Doli.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengakui bahwa dirinya cawe-cawe atau mencampuri urusan kontestasi politik menjelang Pilpres 2024.
Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa nasional di Istana, Jakarta, Senin (29/5/2023) sore.
Ia menilai, bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2030.
Oleh karena itu, Presiden Ketujuh RI itu menilai, kebijakan dan strategi kepemimpinan berikutnya akan menjadi penentu Indonesia untuk menjadi negara maju atau tidak.
Baca juga: [GELITIK NASIONAL] Gaduh Pemilu 2024: Isu Bocornya Putusan MK hingga Cawe-cawe Jokowi
"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional," katanya di hadapan para pemimpin redaksi media massa nasional, Senin.
"Kesempatan kita hanya ada 13 tahun ke depan. Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju," imbuhnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.