Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejeniusan BJ Habibie Pimpin Masa Transisi ke Era Reformasi, Fahri Hamzah: Sempat Dicap Antek Orde Baru..

Kompas.com - 26/05/2023, 05:21 WIB
Singgih Wiryono,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fahri Hamzah mengatakan, keberhasilan Indonesia melakukan transformasi, dari negara yang otoriter menuju demokratis, terletak pada tangan Presiden Ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Sosok inilah yang disebut-sebut Fahri sebagai kunci keberhasilan Indonesia melahirkan era reformasi dan meninggalkan masa kelam orde baru.

Tapi jalan Habibie tak mulus di awal. Fahri mengatakan, banyak aktivis 98 yang tak percaya. Bukan karena Habibie dinilai tak mampu, tapi karena Habibie juga produk dari orde baru.

Habibie adalah Wakil Presiden Soeharto. Setelah Soeharto lengser otomatis Habibie menyandang tahta sebagai orang pertama di Indonesia. Gerakan mahasiswa geram, merasa reformasi masih dikendalikan Soeharto lewat Habibie.

"Sadis banget itu nyerang Pak Habibie," kata Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: Fahri Hamzah, Manusia Kampung dari NTB di Tengah Gerakan Reformasi Mei 1998

Fahri sendiri satu dari sedikit aktivis yang percaya dengan sosok Habibie. Dia membuat tulisan pembelaan, api tulisan pembelaannya justru membuat dia dicap sebagai antek orde baru.

"Padahal fakta dan sejarah hari ini membuktikan, Pak Habibie ini tidak seperti yang dipikirkan mahasiswa 25 tahun yang lalu, Pak Habibie seperti yang saya pikirkan dan itu benar," kata Fahri dengan gayanya yang menggebu-gebu.

Fahri mengatakan, Habibie adalah sosok penyelamat bangsa, meskipun dalam 1 tahun 7 bulan kepemimpinannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tapi Habibie lah yang berhasil membuat transformasi Indonesia dari negara otoriter ke negara demokrasi berjalan dengan mulus. Pemilu 1999 diakui dunia menjadi pemilu paling jujur di Indonesia sejak terakhir dilakukan pemilu yang adil tahun 1955.

Baca juga: Soeharto Pernah Diminta Pimpin Reformasi Tanpa Harus Lengser, tapi Ditolak Kalangan Mahasiswa

Menurut Fahri, Habibie sudah layak mendapatkan penghargaan nobel perdamaian atas pencapaiannya itu.

Tak sampai di situ, Habibie juga menyelamatkan negeri ini dari krisis ekonomi global yang menghancurkan banyak negara.

Kejeniusan seorang Habibie, kata Fahri, terlihat dari bagaimana kepala dinginnya meramu teori-teori ekonomi sehingga Indonesia bisa selamat dari jurang kegagalan keuangan.

Padahal banyak dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tempat Fahri Hamzah kuliah meragukan kemampuan Habibie di bidang Ekonomi.

Fahri Hamzah, saat masih menjadi aktivis mahasiswa 1998.Twitter Fahri Hamzah Fahri Hamzah, saat masih menjadi aktivis mahasiswa 1998.

Fahri sempat menyampaikan keraguan itu, tapi Habibie tersenyum sambil mengatakan, "saya sudah baca itu teks book dosen-dosen kamu, matematikanya sederhana."

Fahri mengingat, di akhir ucapan yang dilontarkan Habibie saat itu diikuti dengan gelak tawa.

"Jadi saya pikir orang ini jenius, makanya saya dukung penuh Pak Habibie," ucap Fahri.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi, Cerita Tegang Wartawan Istana Siarkan Soeharto Mundur padahal Masih di Mesir

Fahri percaya, Habibie bukanlah orang orde baru.

Kata dia, Habibie adalah anomali di pemerintahan Soeharto, yang membawa kultur baru, pemikiran baru tentang demokrasi, teknologi dan pluralisme.

Diketahui, pada 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998. Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.

Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.

Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca juga: Renungan Seperempat Abad Reformasi

Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa Universitas Trisakti.

Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.

Pada 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Universitas Trisakti kemudian menggelar aksi yang berujung pada tewasnya empat mahasiswa akibat tembakan senjata aparat.

Tewasnya empat mahasiswa Trisakti tersebut kemudian memicu gelombang aksi lainnya pada 13 Mei 1998 yang berlangsung secara terus menerus.

Aksi tersebut menyebar dengan kerusuhan yang terjadi di kota-kota lainnya dan menyebabkan penjarahan dan pembakaran.

Seminggu setelah aksi itu tak kunjung berhenti, tepatnya 21 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaan kepada Wakil Presiden saat itu BJ Habibie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com