JAKARTA, KOMPAS.com - Fahri Hamzah, mantan aktivis 1998, mengenang momen jelang lengsernya Presiden kedua RI Soeharto.
Kata Fahri, ada perdebatan sengit antara elite ketika itu. Ada dua kubu yang berseteru yaitu kelompok yang menginginkan reformasi tanpa menjatuhkan Seoharto dan kelompok yang menginginkan reformasi sekaligus dengan menurunkan tahta presiden.
"Itu proposal orang-orang tua kita. Jadi saya ikut pertemuan di rumahnya Almarhum Anwar Haryono Ketua Dewan Dakwah penggantinya Pak Natsir, di situ ada Pak Yusril, ada Ahmad Sumargono. Saya mendampingi Pak Amien Rais, muncul lah dua perdebatan itu," ucap Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/5/2023).
Kubu yang dipimpin oleh Anwar Haryono menginginkan agar Seoharto bisa tetap berada di posisi orang nomor 1 di Indonesia dan menjalankan reformasi yang dicita-citakan.
Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur
Ide itu kemudian ditolak mentah-mentah oleh Amien Rais. Katanya ide itu sudah terlambat, mahasiswa telah bergerak dengan tujuan reformasi total; melengserkan Seoharto dari kursi presiden.
Ucapan Amien Rais itu, kata Fahri, konsisten sejak pergerakan mahasiswa dimulai pada 29 Maret 1998. Bagi Amien, Seoharto lengser adalah harga mati dari perjuangan reformasi.
Fahri Hamzah sendiri menyebut mahasiswa khususnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang dia pimpin sudah condong ke arah yang disebutkan Amien Rais.
Sikap mahasiswa tidak bisa dibendung sehingga didapatlah sebuah konklusi bahwa reformasi itu berarti menurunkan Seoharto.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Saat Soeharto Kembali dari Mesir, Jakarta seperti Lautan Api dari Atas Pesawat
"Akhirnya memang yang tidak bisa dibendung adalah sikap reformasi artinya pak Harto harus turun. Jadi itu bukan sikap saya, itu sikap yang berkembang di sebagian tokoh umat Islam pada waktu itu," imbuh dia.
Diketahui, pada 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998. Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.
Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.
Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa Universitas Trisakti.
Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.
Aksi tersebut menyebar dengan kerusuhan yang terjadi di kota-kota lainnya dan menyebabkan penjarahan dan pembakaran.
Seminggu setelah aksi itu tak kunjung berhenti, tepatnya 21 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaan kepada Wakil Presiden saat itu BJ Habibie.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.