Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2023, 05:48 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fahri Hamzah, mantan aktivis 1998, mengenang momen jelang lengsernya Presiden kedua RI Soeharto

Kata Fahri, ada perdebatan sengit antara elite ketika itu. Ada dua kubu yang berseteru yaitu kelompok yang menginginkan reformasi tanpa menjatuhkan Seoharto dan kelompok yang menginginkan  reformasi sekaligus dengan menurunkan tahta presiden.

"Itu proposal orang-orang tua kita. Jadi saya ikut pertemuan di rumahnya Almarhum Anwar Haryono Ketua Dewan Dakwah penggantinya Pak Natsir, di situ ada Pak Yusril, ada Ahmad Sumargono. Saya mendampingi Pak Amien Rais, muncul lah dua perdebatan itu," ucap Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/5/2023).

Kubu yang dipimpin oleh Anwar Haryono menginginkan agar Seoharto bisa tetap berada di posisi orang nomor 1 di Indonesia dan menjalankan reformasi yang dicita-citakan.

Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur

Ide itu kemudian ditolak mentah-mentah oleh Amien Rais. Katanya ide itu sudah terlambat, mahasiswa telah bergerak dengan tujuan reformasi total; melengserkan Seoharto dari kursi presiden.

Ucapan Amien Rais itu, kata Fahri, konsisten sejak pergerakan mahasiswa dimulai pada 29 Maret 1998. Bagi Amien, Seoharto lengser adalah harga mati dari perjuangan reformasi.

Usai dilantik dan memberikan pidato sambutan sebagai Wakil Presiden, Hamzah Haz didampingi (dari kiri) Ketua MPR Amien Rais dan Presiden Megawati Soekarnoputri meninggalkan ruang sidang dengan melambaikan tangan kepada wartawan di pintu luar Ruang Nusantara, Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (26/7). *** Local Caption *** Usai dilantik dan memberikan pidato sambutan sebagai Wakil Presiden, Hamzah Haz didampingi (dari kiri) Ketua MPR Amien Rais dan Presiden Megawati Soekarnoputri meninggalkan ruang sidang dengan melambaikan tangan kepada wartawan di pintu luar Ruang Nusantara, Gedung MPR/DPR, Jakarta, kamis (26/7/01). dimuat (27/7/01), Agus Susanto (ags), difile oleh riadiKOMPAS/AGUS SUSANTO Usai dilantik dan memberikan pidato sambutan sebagai Wakil Presiden, Hamzah Haz didampingi (dari kiri) Ketua MPR Amien Rais dan Presiden Megawati Soekarnoputri meninggalkan ruang sidang dengan melambaikan tangan kepada wartawan di pintu luar Ruang Nusantara, Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (26/7). *** Local Caption *** Usai dilantik dan memberikan pidato sambutan sebagai Wakil Presiden, Hamzah Haz didampingi (dari kiri) Ketua MPR Amien Rais dan Presiden Megawati Soekarnoputri meninggalkan ruang sidang dengan melambaikan tangan kepada wartawan di pintu luar Ruang Nusantara, Gedung MPR/DPR, Jakarta, kamis (26/7/01). dimuat (27/7/01), Agus Susanto (ags), difile oleh riadi

Fahri Hamzah sendiri menyebut mahasiswa khususnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang dia pimpin sudah condong ke arah yang disebutkan Amien Rais.

Sikap mahasiswa tidak bisa dibendung sehingga didapatlah sebuah konklusi bahwa reformasi itu berarti menurunkan Seoharto.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Saat Soeharto Kembali dari Mesir, Jakarta seperti Lautan Api dari Atas Pesawat

"Akhirnya memang yang tidak bisa dibendung adalah sikap reformasi artinya pak Harto harus turun. Jadi itu bukan sikap saya, itu sikap yang berkembang di sebagian tokoh umat Islam pada waktu itu," imbuh dia.

Diketahui, pada 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998. Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.

Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.

Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia.

Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa Universitas Trisakti.

Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.

 

Aksi tersebut menyebar dengan kerusuhan yang terjadi di kota-kota lainnya dan menyebabkan penjarahan dan pembakaran.

Seminggu setelah aksi itu tak kunjung berhenti, tepatnya 21 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaan kepada Wakil Presiden saat itu BJ Habibie.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

KPK Cecar Istri Sekretaris MA Hasbi Hasan soal Aliran Dana ke Rekening 'Orang Dekat'

KPK Cecar Istri Sekretaris MA Hasbi Hasan soal Aliran Dana ke Rekening "Orang Dekat"

Nasional
Hasto Sebut Bakal Cawapres Ganjar Tak Jauh dari Nama yang Beredar, tapi Ingatkan soal Pilpres 2019

Hasto Sebut Bakal Cawapres Ganjar Tak Jauh dari Nama yang Beredar, tapi Ingatkan soal Pilpres 2019

Nasional
Soal Mentan Syahrul Hilang Kontak Usai Rumahnya Digeledah, KPK Akan Terus Usut Kasus Korupsi di Kementan

Soal Mentan Syahrul Hilang Kontak Usai Rumahnya Digeledah, KPK Akan Terus Usut Kasus Korupsi di Kementan

Nasional
Djarot Sebut Nama-nama Ini Masih Masuk Kandidat Bakal Cawapres Ganjar

Djarot Sebut Nama-nama Ini Masih Masuk Kandidat Bakal Cawapres Ganjar

Nasional
Mentan Syahrul Hilang Kontak di Luar Negeri, Imigrasi Belum Diminta KPK Mencari

Mentan Syahrul Hilang Kontak di Luar Negeri, Imigrasi Belum Diminta KPK Mencari

Nasional
UU IKN Baru: Pengusaha Perumahan yang Bangun Rumah di IKN Akan Diberikan Insentif

UU IKN Baru: Pengusaha Perumahan yang Bangun Rumah di IKN Akan Diberikan Insentif

Nasional
Pasal 42 UU IKN Baru: Peraturan yang Bertentangan dengan Pembangunan IKN Dinyatakan Tak Berlaku

Pasal 42 UU IKN Baru: Peraturan yang Bertentangan dengan Pembangunan IKN Dinyatakan Tak Berlaku

Nasional
Wamentan Sebut Mentan SYL Seharusnya Sudah Kembali ke Indonesia Akhir Pekan Lalu

Wamentan Sebut Mentan SYL Seharusnya Sudah Kembali ke Indonesia Akhir Pekan Lalu

Nasional
Kejagung Sita Sejumlah Dokumen dari Penggeledahan Kantor Kemendag Terkait Dugaan Korupsi Impor Gula

Kejagung Sita Sejumlah Dokumen dari Penggeledahan Kantor Kemendag Terkait Dugaan Korupsi Impor Gula

Nasional
UU IKN Baru, Pemerintah Buka Hak Guna Usaha Maksimal 95 Tahun

UU IKN Baru, Pemerintah Buka Hak Guna Usaha Maksimal 95 Tahun

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Baru Sindikat Narkoba Jaringan Fredy Pratama

Polri Tangkap 5 Tersangka Baru Sindikat Narkoba Jaringan Fredy Pratama

Nasional
Polri Tangkap 1.532 Tersangka Kasus Narkoba, Sita 407.842 Gram Sabu hingga 48.443 Kg Ganja

Polri Tangkap 1.532 Tersangka Kasus Narkoba, Sita 407.842 Gram Sabu hingga 48.443 Kg Ganja

Nasional
Kasus Pengadaan Lahan di Cakung, Eks Dirut Sarana Jaya Yoory Pinontoan Didakwa Perkaya Diri Sebesar Rp 155,4 Miliar

Kasus Pengadaan Lahan di Cakung, Eks Dirut Sarana Jaya Yoory Pinontoan Didakwa Perkaya Diri Sebesar Rp 155,4 Miliar

Nasional
Polri: Hasil Analisa CCTV, Tak Ada Orang Keluar-Masuk Kamar Ajudan Kapolda Kaltara

Polri: Hasil Analisa CCTV, Tak Ada Orang Keluar-Masuk Kamar Ajudan Kapolda Kaltara

Nasional
Jokowi Disebut Tahu Mentan Syahrul Menghilang, tetapi Belum Beri Perintah Mencari

Jokowi Disebut Tahu Mentan Syahrul Menghilang, tetapi Belum Beri Perintah Mencari

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com