Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Fahri Hamzah soal "Dua Wajah" Prabowo Saat Reformasi 1998 yang Timbulkan Kecurigaan

Kompas.com - 26/05/2023, 05:04 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Prabowo Subianto selalu dikaitkan dengan peristiwa kerusuhan Mei 1998. Dia disebut sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas beberapa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat itu.

Karena jabatan Prabowo saat itu sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, ia banyak dicurigai sebagai orang yang bertanggung jawab atas peristiwa penculikan aktivis 98.

Tuduhan-tuduhan itu dibarengi dengan bocornya surat pemecatan terhadap Prabowo yang dikeluarkan oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP).

Ada sejumlah persoalan yang membuat para jenderal senior dalam DKP itu merekomendasikan pemecatan yakni karena Prabowo dianggap bertindak melampaui wewenang dan tidak berkoordinasi dengan Panglima ABRI saat itu dalam melakukan operasi penangkapan aktivis hingga pengerahan pasukan pada tahun 1998.

Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur

Tetapi, keterlibatan Prabowo dengan huru-hara tahun 1998 justru diragukan aktivis pergerakan mahasiswa kala itu, yaitu Fahri Hamzah.

Fahri punya versi berbeda dari kebanyakan tuduhan kepada Prabowo. Menurut dia, ada sisi lain yang tidak diketahui Prabowo, salah satunya adalah Prabowo yang begitu keras mengkritik rezim Soeharto yang merupakan mertuanya sendiri.

Cerita Fahri bermula dari keluarga Prabowo yang disebut kritis terhadap rezim Orde Baru yang dikenal sangat otoriter.

Ayah Prabowo Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan cendekiawan sekaligus ekonom yang menggemparkan rezim Orde Baru karena pernyataannya terkait Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang bocor di era Soeharto.

"Tahun '90, bapaknya Pak Prabowo itu Prof Soemitro pendiri Fakultar Ekonomi UI membuat pernyataan yang sangat menghebohkan pada waktu itu dia mengatakan bahwa APBN itu bocor 30 persen. Itu gempar seluruh Indonesia, padahal Pak Harto lagi kuat-kuatnya dan lagi berkuasa," kata Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Depok, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Benarkah Prabowo Dalang Penculikan Aktivis 98?

Fahri mengatakan, kritik Soemitro tersebut secara tak langsung turun kepada Prabowo. Kelakuan ayah Prabowo membuat orang-orang di dekat Soeharto merasa waspada.

Terlebih, kata Fahri, Prabowo seringkali menggelar diskusi dengan gerakan mahasiswa kelompok kanan dan para NGO.

"Itu lah salah satu yang menyebabkan mungkin Pak Prabowo juga seperti di cyrcle fanatik Pak Harto dianggap sebagai pengkhianat juga," tutur dia.

Kesaksian Fahri, Prabowo bukan sekali-dua kali membangun komunikasi dengan gerakan mahasiswa. Sejak berpangkat kolonel, Prabowo telah mengkritik rezim Seoharto dengan beberapa pidatonya.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Soeharto Lengser, Habibie Jadi Presiden hingga Isu Kudeta

Prabowo juga disebut membuat lembaga studi dan merekrut intelektual muda seperti Fadli Zon, Amir Syamsuddin, hingga Din Syamuddin untuk membaca gerak politik Indonesia di masa depan.

Menurut Fahri, Prabowo lewat tim intelektual yang direkrut sudah tahu apa yang akan terjadi dari gerakan mahasiswa. Tetapi, Prabowo kesulitan menyampaikan hasil temuannya kepada Soeharto karena memang dia dinilai sebagai pengkhianat oleh orang-orang dekat Soeharto.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com