Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ita Nadia Bersuara soal Pemerkosaan 1998: Habibie Percaya, Wiranto Naik Pitam

Kompas.com - 22/05/2023, 10:55 WIB
Fika Nurul Ulya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

Dimaki-maki

Kendati presiden percaya, sebagian tokoh menyebut Ita bohong, sebagian yang lain memaki-maki sampai naik pitam.

Saat bertemu presiden Habibie misalnya, ia dipanggil keluar ruangan oleh Penasehat Militer Presiden BJ Habibie saat itu, Letnan Jenderal Sintong Panjaitan.

Begitu keluar, sudah ada dua jenderal lainnya yang menunggu Ita, yaitu Panglima Angkata Bersenjata Republik Indonesia Wiranto, dan Kepala Kepolisian RI.

Baru saja menghampiri, Sintong seketika menutup pintu ruangan. Lalu, melancarkan makiannya sembari menunjuk wajah Ita. Begitu pula dengan Wiranto yang persis berada di depannya.

Baca juga: Cerita Kelam Tragedi 1998: Dering Telepon Tak Henti Berbunyi Terima Laporan Rudapaksa Massal

Ita dituding telah mempermalukan nama bangsa Indonesia, karena telah menceritakan kasus 1998 kepada beberapa media asing yang mewawancarai dia.

Saat diwawancara, Ita memang tidak spesifik menyebut nama pelaku. Namun, dia menceritakan ciri-ciri berdasarkan kesaksian para korban yang nyaris sama: bertubuh tegap dan berambut cepak.

"Pak Wiranto (langsung berbicara) 'Kamu sudah menjelekkan nama bangsa Indonesia di dunia'. Jadi saya dituding sama Pak Wiranto, kemudian Pak Sintong, Pak Kapolri. 'Kamu harus bertanggung jawab, kamu pembohong'," tutur Ita.

Ita tidak banyak berbicara saat itu. Dia hanya diam mendengarkan makian yang dilayangkan. Namun saat mereka selesai memaki, Ita membalas.

"Saya balik (mengatakan), saya tidak bohong. Saya melaporkan apa adanya, saya berani mempertanggungjawabkan. Begitu selesai, saya langsung balik dan buka pintunya Pak Habibie, ke ruangan Pak Habibie saya masuk," ungkap Ita.

Baca juga: Soeharto di Mesir Saat Kerusuhan Mei 1998 Meletus, Sepertiga Kekuatan Militer Duduki Ibu Kota

Saat ia hendak pulang, ketiga jenderal turut masuk ke dalam ruang kerja Habibie. Namun ketika itu, para jenderal tidak mau bersalaman dengan Ita. Ita pun mengaku tidak mau bersalaman dengan mereka.

Dia bergeming, merasakan ada ketegangan di sana sini. Ketegangan yang tidak cukup selesai dalam waktu satu sampai dua hari. Ketegangan yang menandakan kejadian pemerkosaan terjadi secara sistematis.

"Itu yang terjadi, makanya itu memang sistematis dan terencana," kata Ita.

Di kesempatan lain, ketegangan juga terjadi ketika utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dr. Radhika Coomaraswamy, datang ke Indonesia untuk membuat laporan khusus soal kasus Mei 1998.

Baca juga: Cerita Sumartono Hadinoto Korban Kerusuhan Mei 1998, Rumahnya Dikepung Massa, Butuh 1,5 Tahun Sembuh Trauma

Tim Ita yang mengadvokasi hak-hak perempuan korban kekerasan seksual lantas mempertemukan Radhika dengan beberapa korban, termasuk korban kekerasan seksual pada peristiwa di Aceh, Papua, dan Timor Leste ketika masih diduduki Indonesia.

Pertemuan ini tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali para relawan yang memang terlibat. Setelah berhasil mewawancarai korban, Radhika memintanya datang ke Sidang HAM PBB tahun 1999 di Jenewa, Swiss, untuk menjadi saksi.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com