Titik-titik persaingan geopolitik itu antara lain Laut China Selatan, Selat Taiwan, Laut China Timur, dan Semenanjung Korea.
Fauzan menyebutkan, salah satu konsekuensinya membangun IKN di Kaltim adalah dengan meningkatkan kemampuan TNI untuk mendeteksi, mencegah, dan menghancurkan ancaman di luar wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Itu semua, kata Lutfi, sebenarnya sudah disebut dalam doktrin TNI dan konsep atau prinsip defensif aktif, pertahanan berlapis, dan anti-access/area denial (A2/AD).
Fauzan menyarankan agar satuan dan alat utama sistem persenjataan (alutsita) tiga matra dapat terintegrasi, saling mendukung dan melengkapi.
Baca juga: Helikopter Ikut Joget di Udara saat Lagu Gemu Fa Mi Re Disetel di HUT ke-77 TNI AU
"Harus terintegrasi dengan baik, karena ketiga matra juga memiliki satuan dan kemampuan pertahanannya masing-masing," ujar Fauzan.
Melihat kompleksnya sistem pertahanan yang dibutuhkan untuk menjaga wilayah IKN secara khusus, dan wilayah ketahanan udara secara umum, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menawarkan konsep gelar udara atau pengerahan kekuatan udara untuk mendukung kegiatan operasi pengamanan dan pertahanan itu.
Menurut Andi, sifat dari gelar pertahanan udara mengandalkan air centric warfare atau peperangan udara terpusat sebagai strategi pertahanan IKN.
"Strategi itu sudah kami tawarkan ke pemerintah," kata Andi saat memberikan Pernyataan Akhir Tahun 2022 di Kantor Lemhannas RI, Jakarta, 21 Desember 2022.
Baca juga: Jet Tempur Bentuk Formasi 77 hingga Terjun Payung Warnai Atraksi HUT Ke-77 TNI AU
Andi mengatakan, strategi pertahanan udara yang bersifat air centric dibutuhkan buat menjaga IKN.
Sebab, menurut prediksi Lemhannas, peperangan akan cenderung berupa pertempuran udara dengan dengan memanfaatkan teknologi-teknologi baru dan hibrida.
Andi juga menyebut potensi ancaman pertahanan lainnya di IKN berkaitan dengan perang siber. Hal itu mengacu pada perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga saat ini, sejak dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.
"Menyimak apa yang terjadi terutama di Rusia dan Ukraina, kita melihat adanya teknologi-teknologi baru yang dikembangkan, yang dipergunakan dalam perang yang terjadi di Ukraina, yang paling menonjol memang sifatnya air centric, terutama drone dan rudal yang sudah masuk ke era hipersonik," ujar Andi.
Oleh karena itu, Andi berharap Indonesia bisa segera melakukan adopsi teknologi-teknologi pertahanan udara terbaru dan siber paling mutakhir untuk diterapkan di IKN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.