“Megawati tidak dengan mudah dipengaruhi oleh suami atau anggota keluarga lain. Megawati justru lebih banyak dipengaruhi oleh patron perjuangan sebagaimana Bung Karno dulu.”
“Megawati tidak akan segan-segan mengesampingkan urusan keluarga kalau hal itu tidak sejalan atau bertentangan dengan garis perjuangan partai,” demikian tandas Hasyim Muzadi yang pernah menjadi calon wakil presiden mendampingi Megawati dalam pempilihan presiden 2004 lalu. Beliau wafat di Malang 16 Maret 2017.
Sementara itu Hamzah Haz, Ketuan Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1998 – 2007 dan Wakil Presiden 2001 – 2004 mengatakan hal yang sama pada tahun 2012 di dalam artikelnya berjudul ”Presiden dan Wakil Presiden”.
“Putri Bung Karno ini mampu memisahkan masalah pribadi, masalah partai, dan masalah negara agar tidak terjadi percampuran kepentingan,” kata Hamzah yang menyatakan sebagai pengagum Bung Karno ini.
“Megawati pemimpin yang masih bisa menegakkan NKRI dengan dua pilar ini, Pancasila dan UUD 1945. PDI Perjuangan adalah partai yang masih konsisten memperjuangkan cita-cita sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dengan mengedepankan kepentingan rakyat Indonesia, “ demikian tokoh PPP yang mengaku telah mengundurkan diri dari dunia politik pada tahun 2012.
Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998- 2005 yang meninggal dunia 27 Mei 2022, pada tahun 2012, memuji kehebatan keluarga Megawati dan Taufik Kiemas (almarhum) mengelola perbedaan pendapat dalam keluarga mereka.
“Dalam perjalanan kariernya sebagai presiden dan Ketua Umum PDI-Perjuangan, gaung kepemipinan Bu Mega semakin dirasakan, tidak saja oleh kalangan warga PDI Perjuangan, tetapi juga oleh rakyat Indonesia,” kata Buya Syafii.
Oh ya, dalam percakapan lewat telepon pada Sabtu 27 Frebuari 2021, Buya Syafii sempat minta tolong disampaikan salamnya untuk Ibu Mega sekeluarga.
Ketika itu kami berbincang-bincang tentang artikel almarhum berjudul “Republik Sapi Perahan”.
Ketika Megawati mengumumkan pencalonan Ganjar di Batu Tulis, Bogor, salah seorang yang kontak lewat telepon dengan saya adalah Mas Dwi, penduduk Tanjung Priok, Jakarta Utara.
“Luar biasaaaaa naluri politik Bu Mega ngih (ya) Pak………Mbak Puan juga hebat,” ujar sahabat saya menjelang berakhirnya Bulan Ramadhan itu.
Mari kita doakan Bu Mega, Mbak Puan, Bung Ganjar, PDI Perjuangan dan Indonesia yang diproklamirkan Bung Karno dan Bung Hatta 17 Agustus 1945, Merdeka!!!!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.