Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Megawati dan Puan Maharani, Cantik

Kompas.com - 30/04/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERNYATA, Bu Megawati cantik sekali….Cantiknya tidak editan (tidak direkayasa)….Seperti lagu saya,” begitu kata penyanyi aliran campursari asal Ngawi (Jawa Timur), Denny Cak Nan, menjelang akhir acara perayaan Hari Ulang Tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ke-50 di Kemayoran, Jakarta, Selasa, 10 Januarai 2023.

Kemudian Cak Nan melantunkan sepenggal kalimat lagu berjudul “Angel” (Jawa, artinya sulit, sukar, tidak gampang).

“Ayumu tenanan orang editan, sing marai aku kedanan (terjemahan bebasnya seperti ini, Dikau betul-betul cantik bukan karena rekayasa, yang membuat aku tergila-gila),” begitulah lantunan sepenggal kalimat dari lagu yang sedang popular dipersembahkan Cak Nan untuk Ketuam Umum PDI Perjuangan dan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.

Megawati, Jokowi, Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan hadirin saat itu tersenyum, tertawa dan tepuk tangan. Kegembiraan membahana sampai di atas langit Kemayoran saat itu.

Empat bulan kemudian, Jumat, 21 April 2023, saat Indonesia merayakan hari kelahiran Pahlawan Nasional RA Kartini, Megawati secara resmi mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon resmi dari partai terbesar negeri ini, PDI Perjuangan, sebagai calon presiden untuk pemilihan presiden 2024.

Upacara pengumuman capres PDI Perjuangan di tempat yang sakral dan mistis itu, Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, antara lain dihadiri para tokoh kader partai PDI Perjuangan, yakni Puan Maharani yang memimpin untuk kemenangan Ganjar dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah, Minggu, 26 Mei 2013 lalu.

Sepuluh tahun lalu Ganjar yang bermodalkan hasil survei 6, 3 persen bisa merontokan lawannya, Bibit Waluyo yang menggenggam hasil survei 77 persen.

Keyakinan Puan bahwa Ganjar bisa menang telak, waktu itu, merontokan “berhala survei” yang sangat diimani oleh para pengamat politik dan masyarakat saat itu (mungkin sampai kini).

Kader terkemuka PDI Perjuangan lain yang hadir di Istana Batu Tulis nampak pula Jokowi, Prananda, Hasto Kristiyanto dan Olly Dondokambey.

Puan Maharani hadir cantik dengan busana serba hitam yang anggun. Warna busana itu sama yang dikenakan Puan saat menghadiri hari ulang tahun ke-50 PDI Perjuangan di Kamayoran.

Di Kemayoran penyanyi kondang Cak Nan mencium tangan Puan Maharani. Adegan ini menyempurnakan kecantikan Puan serta menjadi persiapan untuk menghadapi acara pengumuman capres PDI Perjuangan di kawasan Prasasti Batu Tulis yang saat ini sedang dibangun oleh Wali Kota Bogor Bima Arya.

Di Istana Batu Tulis, Puan mendapat tugas untuk memimpin perjuangan memenangkan kembali Ganjar Pranowo dalam pilpres 2024.

Menjelang penutupan acara perayaan ulang tahun ke-50 PDI Perjuangan, Puan Maharani membimbing Cak Nan untuk foto bersama dengan Jokowi dan Megawati serta para tokoh lainnya yang hadir saat itu di Kemayoran.

Sebelumnya di panggung Cak Nan yang videonya di Youtube termasuk paling banyak ditonton di Indonesia dan dunia (nomor satu di Indonesia dan tujuh besar di dunia) mengaku bahagia dan nervous bisa menyanyi di depan Presiden dan Ketua Umum PDI Perjuangan.

Cak Nan mengaku dirinya adalah seorang rakyat dari kota kecil Ngawi, Jawa Timur.

Pemandu acara perayaan ulang tahun PDI Perjuangan ke-50, artis film cantik dan produser film, Olga Lydia (47) asal Semarang (Jateng) mengatakan video lagu Cak Nan termasuk yang banyak ditonton, nomor satu di dunia.

Kepada PDI Perjuangan, Megawati, Puan Maharani, Prananda, Jokowi, Ganjar, Cak Nan atau Denny Setiawan (28 tahun) mempersembahkan beberapa lagu, Pamer Bojo, Mendung Tanpo Udan, Kertoyono Medot Janji dan Los Dol.

Lagu - lagu Cak Nan membuat hadirin bergembira, bergoyang, menari, bahkan menggerakan Jokowi dan Ganjar ikut melantunkan lagu Kertoyono Medot Janji (Kertoyono, memutuskan janji).

Lagu-lagu dengan lirik penuh kesedihan dan patah hati itu diiringi musik bernada gembira.

Mega menepuk-nepukan tangan, Jokowi mengangkat kedua tangan bertepuk sambil ikut melantunkan beberapa baris Kertoyono Medot Janji. Begitu pula Ganjar Nampak hafal dengan lagu tentang seseorang yang memutus cintanya itu.

Memang penuh nuansa paradoks. Di Kemayoran Megawati, Puan, Ganjar, Hasto, Prananda, Olly dan para kader PDI Perjuangan dan lainnya terhibur dengan lagu-lagu sedih.

Padahal saat itu mereka tentu mengalami masa-masa tidak gampang atau sulit (“angel” seperti lagu yang dibawakan Cak Nan) dalam proses penetapan calon presiden PDI Perjuangan tersebut.

Tentu ditandai cucuran air mata. Ini manusiawi. Namun tentu juga akan ditandai kebahagiaan, kegembiraan dan penghormatan dari banyak orang.

Kalau menyimak pujian Cak Nan kepada Megawati lewat lagu berjudul “Angel” (sulit, susah, tidak gampang itu) akan terasa antara rasa sedih, dihormati, cinta dan kebahagiaan bercampur aduk seperti dalam kehidupan ini, termasuk dalam hidup dalam berpolitik bernegara.

Coba simak bagian lain atau kalimat selanjutnya dari lagu Cak Nan yang dilantunkan untuk memuji Megawati ini. “……..Ayumu tenan ora editan, sing marai aku kedanan, pancen salahku dewe, ra ono sing ngongkon, abot sanggane aku angel move on, ketika semua terasa begitu abot, kucoba untuk tetap rapopo, di saat cinta ini terasa angel, angel, kukatakan dalam hati you wis, menurutmu aku kudu piye, apakah aku harus mengikutimu, yo aku mengkis-mengkis…”

Terjemahan bebasnya seperti ini. “Kamu betul-betul asli cantik, bukan karena rekayasa, yang membuat aku tergila-gila, memang salahku sendiri, tidak ada yang menyuruh, berat tanggungannya saya tidak bisa melepaskan diri, ketika semuanya terasa begitu berat, kucoba untuk tetap tidak apa-apa atau oke-oke saja, di saat ini terasa sulit, sulit, kukatakan dalam hati ya sudah, menurutmu aku harus bagaimana, apakah aku harus mengikutimu, ya aku terengah-engah….”

Dipuji

Memang sulit, susah untuk sampai keputusan yang diumumkan di Batu Tulis. Namun itu penuh pujian. Mega, Puan dan para tokoh PDI Perjuangan lainnya mendapat banyak pujian.

Megawati akan mendapat pujian seperti yang sering disampaikan para tokoh bangsa ini. Saya cuplik atau kutip pujian dari beberapa orang.

Kita ambil apa yang pernah dikatakan KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Rais Aam PBNU) 2000 -2010. Ini saya kutip dari artikelnya 2012 berjudul “Megawati Sosok Yang Teguh”.

“Ibu Megawati menyelamatkan kredibilitas partai di mata masyarakat Indonesia. Beliau juga mampu memilah persoalan keluarga dan persoalan partai. Bahkan mendidik keluarganya untuk menjadi pejuang bangsa, bukan berjuang untuk keluarga.”

“Megawati tidak dengan mudah dipengaruhi oleh suami atau anggota keluarga lain. Megawati justru lebih banyak dipengaruhi oleh patron perjuangan sebagaimana Bung Karno dulu.”

“Megawati tidak akan segan-segan mengesampingkan urusan keluarga kalau hal itu tidak sejalan atau bertentangan dengan garis perjuangan partai,” demikian tandas Hasyim Muzadi yang pernah menjadi calon wakil presiden mendampingi Megawati dalam pempilihan presiden 2004 lalu. Beliau wafat di Malang 16 Maret 2017.

Sementara itu Hamzah Haz, Ketuan Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1998 – 2007 dan Wakil Presiden 2001 – 2004 mengatakan hal yang sama pada tahun 2012 di dalam artikelnya berjudul ”Presiden dan Wakil Presiden”.

“Putri Bung Karno ini mampu memisahkan masalah pribadi, masalah partai, dan masalah negara agar tidak terjadi percampuran kepentingan,” kata Hamzah yang menyatakan sebagai pengagum Bung Karno ini.

“Megawati pemimpin yang masih bisa menegakkan NKRI dengan dua pilar ini, Pancasila dan UUD 1945. PDI Perjuangan adalah partai yang masih konsisten memperjuangkan cita-cita sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dengan mengedepankan kepentingan rakyat Indonesia, “ demikian tokoh PPP yang mengaku telah mengundurkan diri dari dunia politik pada tahun 2012.

Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998- 2005 yang meninggal dunia 27 Mei 2022, pada tahun 2012, memuji kehebatan keluarga Megawati dan Taufik Kiemas (almarhum) mengelola perbedaan pendapat dalam keluarga mereka.

“Dalam perjalanan kariernya sebagai presiden dan Ketua Umum PDI-Perjuangan, gaung kepemipinan Bu Mega semakin dirasakan, tidak saja oleh kalangan warga PDI Perjuangan, tetapi juga oleh rakyat Indonesia,” kata Buya Syafii.

Oh ya, dalam percakapan lewat telepon pada Sabtu 27 Frebuari 2021, Buya Syafii sempat minta tolong disampaikan salamnya untuk Ibu Mega sekeluarga.

Ketika itu kami berbincang-bincang tentang artikel almarhum berjudul “Republik Sapi Perahan”.

Ketika Megawati mengumumkan pencalonan Ganjar di Batu Tulis, Bogor, salah seorang yang kontak lewat telepon dengan saya adalah Mas Dwi, penduduk Tanjung Priok, Jakarta Utara.

“Luar biasaaaaa naluri politik Bu Mega ngih (ya) Pak………Mbak Puan juga hebat,” ujar sahabat saya menjelang berakhirnya Bulan Ramadhan itu.

Mari kita doakan Bu Mega, Mbak Puan, Bung Ganjar, PDI Perjuangan dan Indonesia yang diproklamirkan Bung Karno dan Bung Hatta 17 Agustus 1945, Merdeka!!!!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com