Pemandu acara perayaan ulang tahun PDI Perjuangan ke-50, artis film cantik dan produser film, Olga Lydia (47) asal Semarang (Jateng) mengatakan video lagu Cak Nan termasuk yang banyak ditonton, nomor satu di dunia.
Kepada PDI Perjuangan, Megawati, Puan Maharani, Prananda, Jokowi, Ganjar, Cak Nan atau Denny Setiawan (28 tahun) mempersembahkan beberapa lagu, Pamer Bojo, Mendung Tanpo Udan, Kertoyono Medot Janji dan Los Dol.
Lagu - lagu Cak Nan membuat hadirin bergembira, bergoyang, menari, bahkan menggerakan Jokowi dan Ganjar ikut melantunkan lagu Kertoyono Medot Janji (Kertoyono, memutuskan janji).
Lagu-lagu dengan lirik penuh kesedihan dan patah hati itu diiringi musik bernada gembira.
Mega menepuk-nepukan tangan, Jokowi mengangkat kedua tangan bertepuk sambil ikut melantunkan beberapa baris Kertoyono Medot Janji. Begitu pula Ganjar Nampak hafal dengan lagu tentang seseorang yang memutus cintanya itu.
Memang penuh nuansa paradoks. Di Kemayoran Megawati, Puan, Ganjar, Hasto, Prananda, Olly dan para kader PDI Perjuangan dan lainnya terhibur dengan lagu-lagu sedih.
Padahal saat itu mereka tentu mengalami masa-masa tidak gampang atau sulit (“angel” seperti lagu yang dibawakan Cak Nan) dalam proses penetapan calon presiden PDI Perjuangan tersebut.
Tentu ditandai cucuran air mata. Ini manusiawi. Namun tentu juga akan ditandai kebahagiaan, kegembiraan dan penghormatan dari banyak orang.
Kalau menyimak pujian Cak Nan kepada Megawati lewat lagu berjudul “Angel” (sulit, susah, tidak gampang itu) akan terasa antara rasa sedih, dihormati, cinta dan kebahagiaan bercampur aduk seperti dalam kehidupan ini, termasuk dalam hidup dalam berpolitik bernegara.
Coba simak bagian lain atau kalimat selanjutnya dari lagu Cak Nan yang dilantunkan untuk memuji Megawati ini. “……..Ayumu tenan ora editan, sing marai aku kedanan, pancen salahku dewe, ra ono sing ngongkon, abot sanggane aku angel move on, ketika semua terasa begitu abot, kucoba untuk tetap rapopo, di saat cinta ini terasa angel, angel, kukatakan dalam hati you wis, menurutmu aku kudu piye, apakah aku harus mengikutimu, yo aku mengkis-mengkis…”
Terjemahan bebasnya seperti ini. “Kamu betul-betul asli cantik, bukan karena rekayasa, yang membuat aku tergila-gila, memang salahku sendiri, tidak ada yang menyuruh, berat tanggungannya saya tidak bisa melepaskan diri, ketika semuanya terasa begitu berat, kucoba untuk tetap tidak apa-apa atau oke-oke saja, di saat ini terasa sulit, sulit, kukatakan dalam hati ya sudah, menurutmu aku harus bagaimana, apakah aku harus mengikutimu, ya aku terengah-engah….”
Memang sulit, susah untuk sampai keputusan yang diumumkan di Batu Tulis. Namun itu penuh pujian. Mega, Puan dan para tokoh PDI Perjuangan lainnya mendapat banyak pujian.
Megawati akan mendapat pujian seperti yang sering disampaikan para tokoh bangsa ini. Saya cuplik atau kutip pujian dari beberapa orang.
Kita ambil apa yang pernah dikatakan KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Rais Aam PBNU) 2000 -2010. Ini saya kutip dari artikelnya 2012 berjudul “Megawati Sosok Yang Teguh”.
“Ibu Megawati menyelamatkan kredibilitas partai di mata masyarakat Indonesia. Beliau juga mampu memilah persoalan keluarga dan persoalan partai. Bahkan mendidik keluarganya untuk menjadi pejuang bangsa, bukan berjuang untuk keluarga.”