Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Intelektual Gagal Terapkan Sepakat dalam Perbedaan

Kompas.com - 27/04/2023, 15:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Budaya sepakat dalam perbedaan sebagai implementasi prinsip demokrasi, yakni mengajar dan menyikapi perbedaan pandangan dengan kerangka pikir hikmah atau pengajaran yang baik (mauidotil hasanah).

Implementasinya, sikap legowo dalam menyikapi perbedaan soal artifisial dalam beragama. Prinsipnya, perbedaan produk hisab dan rukyat tentang hari raya Islam, tidak menggugurkan rukun puasa wajib dan keabsahan puasa Ramadhan.

Perbedaan itu tidak layak didorong ke ranah politik. Akar persoalan perbedaan itu pada tataran metode mencapai ilmu pengetahuan (epistemologi dan aksiologi).

Pada level ontologi atau prinsip ibadah puasa Ramadhan tidak ada perbedaan, yaitu sikap menahan diri dari nafsu makan dan minum yang didasari norma-norma agama sebagai bagian proses mencapai manusia mulia, yang terbaik di sisi Allah SWT (taqwa).

Mengikuti alur pemikiran Mukti Ali, perbedaan pemahaman nilai-nilai agama dan penentuan hari raya Islam tidak mereduksi kondisi sosial setiap umat Islam untuk melaksanakan kewajiban puasa dan melaksanakan tradisi sungkem, saling memaafkan pada momentum Idul Fitri dalam keadaan rukun dan damai.

Kerukunan hidup internal umat Islam tetap kondusif ketika masing-masing pemeluk Islam bersikap setuju dalam ketidaksetujuan atau sepakat dalam perbedaan.

Tradisi menerima perbedaan sebagai budaya panjang dalam sejarah pemikiran Islam. Para ulama besar membudayakan sepakat dalam perbedaan sebagaimana diekspresikan Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Hambali.

Mereka tidak pernah mendistorsi perbedaan pandangan dan sikap keberagaman antarmereka serta penganutnya. Mereka mendiseminasi pemikirannya layaknya air sungai mengalir secara alami.

Tidak melawan arus dengan mengedepankan perbedaan, sebaliknya mereka mengeksplorasi kesamaan pemikiran untuk mencapai kemaslahatan.

Ketika peneliti senior dan yunior BRIN gagal dalam menerima perbedaan metode hisab dan rukyat itu pertanda kemunduran cara menyikapi perbedaan pengetahuan.

Dalam metodologi ilmu pengetahuan saja terdapat perbedaan paradigma (positivis, interpretatif, konstruktivis/dekonstruktivis/kritis).

Berbeda pula metodenya (positivistic identic kuantitatif, interpretative identic dengan kualitatif, kontruktivis/dekonstruktivis/kritis identic dengan kualitatif kritis).

Produk pengetahuan dan ideologinya berbeda pada setiap metodologi dan metode yang berbeda-beda.

Ketika peneliti tidak memahami atau tidak menerima perbedaan metodologi dan metode, itu problem mendasar dalam berpengetahuan.

Saat tidak menerima perbedaan pengetahuan ditarik ke perbedaan dalam metode yang berkaitan dengan sikap beragama, maka hasilnya sangat ambigu dan tidak adil.

Peneliti itu sedang menunjukkan dirinya sebagai sosok fanatik pada satu metode tertentu saja.

Dalam kasus intelektual tidak mau memahami perbedaan metode dan prinsip sepakat dalam perbedaan, maka ilmu pengetahuan dan sikap saling percaya di ambang kematian.

Mengapa? Kalangan awam saja bisa sepakat dalam perbedaan dan metode menentukan hari raya. Ini bisa dikonfirmasi pada shalat Idul Fitri 1444 H/2023 M di berbagai lokasi, pelaksanaan shalat Idul Fitri dilakukan dua kali, Jumat 21 April dan Sabtu 22 April.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Istana Sebut Pengajuan Cuti Menteri yang Jadi Capres-Cawapres Hanya Perlu Satu Kali ke Presiden

Istana Sebut Pengajuan Cuti Menteri yang Jadi Capres-Cawapres Hanya Perlu Satu Kali ke Presiden

Nasional
Presiden hingga Menteri Boleh Ikut Kampanye Pemilu 2024, Ini Aturannya

Presiden hingga Menteri Boleh Ikut Kampanye Pemilu 2024, Ini Aturannya

Nasional
Esensial dalam Penyediaan Gas Bumi Terintegrasi, PGN Fokus Jalankan Bisnis Keberkelanjutan

Esensial dalam Penyediaan Gas Bumi Terintegrasi, PGN Fokus Jalankan Bisnis Keberkelanjutan

Nasional
Muhaimin Sebut Pemerintah Banyak Rapat Ketimbang Kerja Terkait Kemiskinan

Muhaimin Sebut Pemerintah Banyak Rapat Ketimbang Kerja Terkait Kemiskinan

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Mulai Kampanye, Bagi-bagi Makan Siang dan Susu Gratis di Seluruh Indonesia

TKN Prabowo-Gibran Mulai Kampanye, Bagi-bagi Makan Siang dan Susu Gratis di Seluruh Indonesia

Nasional
KPK Panggil Anggota Komisi IV Fraksi PDI-P Vita Ervina dan Anak Buah SYL

KPK Panggil Anggota Komisi IV Fraksi PDI-P Vita Ervina dan Anak Buah SYL

Nasional
Bareskrim Benarkan Ada Pemeriksaan Syahrul Yasin Limpo soal Dugaan Pemerasan Besok

Bareskrim Benarkan Ada Pemeriksaan Syahrul Yasin Limpo soal Dugaan Pemerasan Besok

Nasional
Muhaimin Ungkap Syarat Jadi Cawapres Anies, jika Menang Harus Dilibatkan Putuskan Apa Pun

Muhaimin Ungkap Syarat Jadi Cawapres Anies, jika Menang Harus Dilibatkan Putuskan Apa Pun

Nasional
Setelah Kampanye di Merauke, Ganjar Ungkap Kemungkinan Lanjut ke NTT

Setelah Kampanye di Merauke, Ganjar Ungkap Kemungkinan Lanjut ke NTT

Nasional
Aspirasi Warga Tanah Merah untuk Anies, dari Biaya Sekolah Murah hingga Lapangan Kerja Tanpa 'Ordal'

Aspirasi Warga Tanah Merah untuk Anies, dari Biaya Sekolah Murah hingga Lapangan Kerja Tanpa "Ordal"

Nasional
Ungkap Alasan Prabowo Pilih Gibran, Hashim: Dia Anak Muda yang Tulus

Ungkap Alasan Prabowo Pilih Gibran, Hashim: Dia Anak Muda yang Tulus

Nasional
Kemenkominfo, Bawaslu, dan Polri Luncurkan Desk Kawal Pemilu 2024 Kondusif di Ruang Siber

Kemenkominfo, Bawaslu, dan Polri Luncurkan Desk Kawal Pemilu 2024 Kondusif di Ruang Siber

Nasional
Soroti Pemerintah 'Absen' di Merauke, Ganjar Janji Wujudkan 1 Desa 1 Puskesmas

Soroti Pemerintah "Absen" di Merauke, Ganjar Janji Wujudkan 1 Desa 1 Puskesmas

Nasional
Kampanye di Aceh, Mahfud Promosikan Program untuk Guru Ngaji

Kampanye di Aceh, Mahfud Promosikan Program untuk Guru Ngaji

Nasional
Profil Letjen Maruli Simanjuntak, Menantu Luhut yang Berpeluang Jadi KSAD

Profil Letjen Maruli Simanjuntak, Menantu Luhut yang Berpeluang Jadi KSAD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com