Namun mudik tentu saja tidak hanya lekat dengan hal-hal minus seperti dikemukakan di atas. Karena mudik mestinya semakin mempererat kohesi sosial, bahkan lebih jauh, yakni berkontribusi pada perubahan sosial dan kemajuan kampung halaman.
Selain ikut meningkatkan perputaran ekonomi, karena para pemudik yang berbelanja berbagai kebutuhan selama mudik, tapi juga oleh zakat fitrah, zakat harta dan sedekah yang dikeluarkan kepada penduduk di kampuang halaman masing-masing.
Para pemudik sejatinya bisa membawa cerita-cerita genuine dan inspiratif bagi saudara dan koleganya di kampung. Cerita bahwa kehidupan di kota tak selalu indah atau menarik seperti yang kerap gambarkan dalam film atau sinetron.
Cerita bahwa sekalipun di kota terdapat berbagai fasilitas, namun persaingan hidup keras atau tidak mudah.
Meski kota kerap menawarkan banyak kemungkinan yang bisa diraih, namun migrasi tanpa tujuan jelas dengan skills yang terbatas adalah tindakan konyol yang bakal menyusahkan.
Alih-alih mengajak orang lain untuk ikut ke kota, para pemudik tercerahkan ini justru membuka cakrawala dan peluang-peluang baru yang jauh lebih menguntungkan secara ekonomi, bila keluarga dan koleganya mau tetap bertahan di kampung halaman.
Kondisi di desa atau kampung yang masih penuh potensi, seperti lahan yang luas dan subur, sementara di sisi lain ada banyak kebutuhan di kota yang perlu disuplai dan dipenuhi dari desa atau daerah, dapat dijadikan peluang yang menguntungkan.
Apalagi dengan majunya teknologi digital termasuk hadirnya jasa pengiriman barang atau logistik yang lebih mudah dan murah. Oleh pemudik tercerahkan bermental entrepreneur ini dimanfaatkan sebagai peluang usaha atau bisnis.
Keluarga atau koleganya di desa diarahkan untuk tetap menetap di kampung, menggarap berbagai potensi yang ada, seperti perkebunan, peternakan atau perikanan. Sementara pemudik entrepreneur itu mencari akses pasar sekembalinya ke kota.
Seperti mencari peluang untuk memasok sayur dan buah organik, ikan dan produk peternakan ke toko, restoran atau hotel. Selanjutnya pemudik entrepreneur menjadi jembatan atau perantara distribusi barang atau produk-produk itu.
Tidak saja dalam distribusi dan akses pasar hasil perkebunan, peternakan dan perikanan, tapi juga dalam mendorong masyarakat desa untuk menekuni industri kerajinan atau industri rumahan hingga menginisiasi desa wisata berbasis potensi daerah.
Semua proses itu kemudian dilanjutkan dengan pembuatan platform digital, serta diadakan training atau pelatihan singkat, yang bisa dilakukan secara online dengan mengundang pakar bagaimana promosi dan berjualan produk lewat marketplace atau media online lainnya.
Lebih keren lagi bila para pemudik entrepreneur juga membantu atau memfasilitasi hingga ke aspek permodalan. Makin lengkap ekosistem yang diadvokasi; mendorong peningkatan kapasitas dan daya saing, membantu distribusi dan mencarikan akses pasar, branding produk hingga modal usaha.
Menjadi pola hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan dan membesarkan. Semua itu bila mau dilakukan dengan sungguh-sungguh, tentu saja membuat mudik akan jauh lebih bermakna.
Sehingga keseruan Lebaran di kampung yang biasanya hanya sehari atau dua hari itu, sisa waktu mudiknya dapat dijadikan kesempatan untuk mengedukasi, menginspirasi dan mendorong terjadinya perubahan sosial di masyarakat.
Selamat Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.