Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN Hormati Keinginan PDI-P Jajaki Koalisi Besar Usai Umumkan Capres, tapi...

Kompas.com - 17/04/2023, 19:53 WIB
Tatang Guritno,
Bagus Santosa

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto menghormati keinginan PDI-P yang mau membuka penjajakan koalisi besar setelah mengumumkan calon presiden (capres) pilihannya.

Akan tetapi, ia tak bisa menjamin, apakah PDI-P dapat bekerja sama dengan koalisi tersebut.

“Apakah yang akan diusulkan capres PDI-P bisa diterima semua peserta koalisi? Itu kan perlu dibicarakan. Tapi, bahwa PDI-P ingin mengumumkan capresnya itu hak PDI-P, enggak bisa kita hambat-hambat,” ujar Yandri pada Kompas.com, Senin (17/4/2023).

Baca juga: Hasto Sebut Capres PDI-P buat Pemilu 2024 Bergantung Megawati dan Jokowi

Di sisi lain, Yandri meminta agar PDI-P tak egois dalam proses penjajakan koalisi besar ini.

Menurutnya, tantangan terbesar untuk membentuk koalisi besar adalah menurunkan ego masing-masing partai politik (parpol).

“Sebaiknya menurut PAN tidak dulu pada posisi ke aku-akuannya atau egoisme partai itu menjadi terlalu menonjol,” papar dia.

“Misalnya, ‘Kami setelah mengumumkan capres baru kami ajak yang lain bicara’, Saya kira itu belum maksimal dalam pembicaraan, tapi enggak apa-apa itu hak PDI-P, tidak ada masalah bagi kami,” sambungnya.

Baca juga: Hasto Sebut Konsolidasi Koalisi Besar Baru Akan Dilakukan Setelah PDI-P Umumkan Capres

Menurutnya, saat ini lima parpol yang tengah menjajaki koalisi besar masih terus melakukan proses komunikasi.

Kelima parpol, masih terus mendiskusikan soal platform dan siapa figur capres-cawapres yang bakal diusung.

Menurut Yandri, proses itu kemungkinan baru selesai mendekati pendaftaran capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Tapi kalau mau lebih cepat juga bagus. Sehingga bisa mengawali di publish ke pada publik, pada rakyat yang akan memilih bahwa sudah ada capres-cawapres yang lengkap untuk didaftarkan ke KPU,” imbuh dia.

Baca juga: PAN Minta PDI-P Tak Egois Dalam Penjajakan Koalisi Besar

Adapun koalisi besar tengah dijajaki oleh Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), PAN, Partai Gerindra, serta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Proses tersebut mulai berlangsung usai ketua umum kelima parpol bertemu dengan Presiden Joko Widodo dalam acara silaturahmi di kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023).

PDI-P menyatakan terbuka atas wacana tersebut, namun Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa penjajakan baru akan dilakukan pasca partai banteng mengumumkan figur capresnya.

Hasto mengungkapkan penentuan capres bergantung pada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com