Luka itu harus dibasuh, dibalut, hingga akhirnya kering dan sembuh. Obat apa yang bisa membasuh dan menyembuhkan luka seperti itu?
Tak ada obat kedokteran dan tak ada ahli kedokteran yang mampu menanganinya. Hanya kekuatan maaf pada diri kita masing-masing yang bisa melakukannya
Masalahnya, tidak setiap kita bisa mengungkapkan rasa seperti cinta apalagi permintaan dan pemberian maaf dengan lugas.
Walau mungkin tidak setiap orang yang menjalani mudik lebaran mencari dan menghayati keajaiban maaf sedahsyat kisah Amir, tradisi tahunan ini bisa jadi adalah salah satu gesture pengungkapan cinta dan maaf yang tak selalu bisa dikatakan itu.
Bagaimana pun, frasa meminta maaf adalah yang paling umum terlontar, entah di bibir saja atau sepenuh jiwa, setiap kali mudik lebaran. Pengajar komunikasi politik Universitas Diponegoro, Wijayanto, menyebut mudik adalah modal sosial khas Indonesia.
"Mudik itu sangat berbau antropologis, bercampur budaya kita. Ada sungkem ke orangtua dan saudara. Lalu ada tradisi ujung-ujung, sowan atau bersilaturahim ke tetangga. Itu khas sekali," ungkap Wijayanto, dalam perbincangan dengan Kompas.com melalui telepon, Senin (3/6/2019).
Bahkan, Wijayanto menyebut mudik lebaran merupakan momentum yang menyentuh sampai ke alam bawah sadar individu.
Tanpa kata-kata, tangis bisa meleleh di sudut hening rumah orangtua ketika anak-anaknya tak bisa mudik lebaran. Sebaliknya, lelehan tangis pun bermunculan di setiap sudut ketika keluarga besar dapat berkumpul dan menggelar sungkeman.
Setidaknya, senyum dan tawa sumringah cenderung muncul ketika wajah kerabat dan saudara bertemu di pertemuan keluarga, tak peduli pernah ada silang sengketa atau jarak yang membentang terlalu jauh dan lama di antara mereka.
Meski baru menjadi tradisi sejak era 1970-an, mudik adalah "migrasi" tahunan di Indonesia yang sarat muatan rasa.
Bahkan bila tak ada persoalan yang butuh kata maaf saling dipertukarkan, kebahagiaan yang dibawa jutaan orang dari tempat rantau ke kampung halaman, dengan segala oleh-oleh atau malah "sekadar" kehadiran kembali meski sesaat, adalah sebuah modal sosial yang tak dapat dinafikan sebagai sebuah fondasi kekuatan sosial berkelanjutan.
Baca juga: Pada Ramadhan dan Lebaran 2023, Ekonomi Indonesia Berharap...
Namun, apakah ini masih relevan ketika kedua orangtua atau bahkan semua sanak saudara sudah berpulang?
Kembali ke kisah Amir, ada kebutuhan yang mungkin juga dapat terpenuhi lewat tradisi mudik tahunan ini. Setiap orang punya krisis masing-masing. Kembali ke kampung halaman atau tempat yang lama menjadi domisili pada masa lalu bisa saja menjadi bagian dari solusi krisis diri.
Terlebih lagi, kerap kali memaafkan bukanlah tentang orang lain melainkan soal diri sendiri. Kadang kala, kembali ke lokasi yang pernah lekat di masa lalu, adalah cara menelisik kisah bahagia yang pernah ada, untuk kemudian bisa memberi maaf ke siapa pun juga, termasuk ke diri sendiri.
Ibarat penanggalan sebelum masehi dan setelah masehi, ada masa yang kerap kita tandai sebagai sebelum krisis menerpa hidup kita dan sesudahnya. Bisa jadi, krisis itu sampai mengubah kita sedemikian rupa menjadi sosok yang benar-benar berbeda antara sebelum dan sesudahnya.