Bung Karno menulis di Suluh Indonesia (12 Agustus 1928), “Nasionalisme kita ialah nasionalisme ke-timuran dan sekali-kali bukanlah nasionalisme ke-baratan, suatu nasionalisme yang menyerang-nyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluannya sendiri. Suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi”.
Lebih lanjut Bung Karno menulis, “Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat kita hidup dalam roh.”
Itulah sebabnya, mengapa para pendiri bangsa ini menyepakati prinsip Ketuhanan sebagai salah satu filosofi dasar kenegaraan. Nilai luhur agama sejatinya harus melandasi dan mewarnai etika politik.
Sejatinya berpolitik tidaklah senaif dan sedangkal yang dipersepsikan dan diaktualisasikan dalam realitas keseharian oleh sebagian besar politisi kita.
Politik sejatinya memiliki keluhuran dan nilai yang menuntun pada kedalaman mengelola tata kehidupan bersama berdasarkan prinsip etika, keadilan, toleransi, kebersamaan, altruisme. Juga politik keberpihakan demi mewujudkan kesejahteraan bersama, bukan kelompok dan pendukung partai pemenang.
Namun saat ini, perkembangan kesadaran politik kita, sepertinya baru sampai tahap mengagumi kemasan, seperti foto, kata-kata, dan tampilan yang meyakinkan, minim komitmen dan pemikiran terbaik tentang bangsa yang lebih subtantif.
Karena itu, dalam kontestasi politik, orang yang memiliki keunggulan buatan dan modal besar yang seringkali menang dalam pertarungan politik.
Sementara yang kompeten dan memiliki komitmen kuat membangun bangsa, umumnya akan kalah bersaing.
Maka menjadi tanggung jawab kita semua untuk membumikan etika politik agar politik kita lebih baik dan bermartabat.
Ada beberapa perspektif pemikiran yang saya tawarkan agar konstestasi politik mampu melahirkan politisi dan pemimpin yang diharapkan:
Pertama, membumikan literasi politik sebagai bauran pengetahuan, skill dan sikap politik. Literasi politik sebagai gerakan dari civil society untuk “melek politik”.
Literasi politik dimaksudkan agar masyarakat mampu membaca kamuflase politik dari aktor politik dalam meraih jabatan politik dengan berbagai cara.
Kedepan diharapkan masyarakat sudah semakin ”melek” politik. Walaupun diberi uang atau sogokan dalam berbagai bentuk, masyarakat relatif tetap memilih kandidat sesuai dengan keinginannya.
Kedua, pentingnya membumikan spirit negarawan seorang politisi, sejatinya adalah seorang negarawan.
Thomas Jefferson memiliki de?nisi yang sangat baik mengenai politikus dan negarawan. Politikus biasanya hanya memikirkan pemilihan yang akan datang, sementara negarawan memikirkan generasi yang akan datang.