Secara bersamaan, beberapa rest area membludak pengunjungnya yang menyebabkan penyempitan badan jalan. Implikasinya terjadi banyak titik kemacetan di sepanjang ruas jalan tol mulai dari DKI Jakarta hingga ke Jawa Tengah.
Kemudian ditambah laju kendaraan yang tidak seragam, menyebabkan terjadi hambatan arus dan pengambilan ruas pengalih, dan hal ini menimbulkan gelombang kejut yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas.
Akhirnya terjadi hambatan beruntun yang menyebabkan kemacetan panjang.
Berdasarkan deteksi umum persoalan lalin di tollroad tersebut, ada beberapa usulan penanganan yang bisa dilakukan.
Pertama, perlu ada pengendalian izin masuk kendaraan di pintu tol agar tidak terjadi penumpukan di segmen tol tertentu karena pertemuan berbagai arus.
Sementara untuk pintu keluarnya perlu diperlancar dengan memperbanyak tempat taps pembayaran atau memperbanyak mekanisme pembayaran (misalnya: QRIS) yang mekanismenya sangat bisa dibuat oleh teman-teman ITS (intelegent transportation system) Indonesia.
Kedua, untuk rest area, perlu ada pelebaran jalan pintu masuk rest area dan penambahan kapasitas untuk peningkatan ketersediaan SRP (satuan ruang parkir).
Dibutuhkan rekayasa tegas dan jelas agar pengendara tidak singgah dan bisa terus melaju dengan lancar dan kecepatan tetap.
Hal ini sangat bisa dilakukan karena sudah ada pemberitahuan dari sekian kilometer sebelumnya bahwa rest area penuh dan kendaraan lain dilarang untuk antre masuk hingga ada pemberitahuan selanjutnya.
Mekanisme informatif dan pengendalian substantif perlu direncanakan dan dieksekusi dengan optimal oleh aparat terkait.
Ketiga, pengendalian kecepatan tetap arus kendaraan. Jadi, semua kendaraan harus dibuat seragam kecepatannya sehingga tidak menimbulkan bootle nect arus (padahal kapasitas seragam).
Poin ini sepele, tetapi jika dapat dijalankan, maka kelancaran lalu lintas akan dicapai karena bottle nect arus terjadi akibat adanya kendaraan yang melaju dengan cepat dan ada yang lambat.
Meskipun sudah ada lajur cepat dan lajur lambat, tetapi perlu ada intervensi melalui rambu dinamis yang dipasang di banyak titik sebagai pengarah arus dan kecepatan kendaraan.
Di Jepang, meskipun volume tinggi pada ruas jalannya, tetapi karena ada keseragaman pada kecepatan kendaraan, maka kemacetan bisa dicegah.
Untuk masalah penyeberangan di Selat Sunda, ada dua isu, yaitu: