Saya jadi teringat dengan cara-cara “keren” yang dilakukan Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Mochamad Nur Arifin untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem yang masih dialami 11.000 jiwa warganya. Mereka menjadi bagian dari 78.000 warga Trenggalek yang tergolong miskin.
Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan dan Kerentanan atau GERTAK diikhtiarkan Gus Ipin – sapaan Bupati Trenggalek sebagai cara kolaborasi semua komponen untuk mengentaskan kemiskinan.
Masyarakat diajak bersedekah informasi kepada pemerintah daerah mengenai permasalahan kemiskinan yang terjadi di sekitarnya.
Komunitas di media sosial yang kerap “nyinyir” setiap kebijakan pemerintah tanpa pernah memberikan solusi, dirangkul Gus Ipin menjadi relawan pemberi sedekah informasi dan sumbangsih tenaga untuk memverifikasi usulan yang masuk dengan fakta di lapangan.
Pasukan Pink – nama dari relawan itu – bertugas memfilter setiap informasi dari bawah untuk diusulkan ke Posko GERTAK. Relawan Pink tidak digaji dan mengedepankan idealisme.
Pink sendiri simbolisasi dari gerakan kasih sayang, yang di Trenggalek “dibumikan” lagi sebagai wujud kasih sayang untuk warga miskin.
Peran relawan di Pasukan Pink sebagai pengkalibrasi data di lapangan cukup efektif untuk menentukan penyaluran program bantuan sosial dengan verifikasi by name, by address agar tepat sasaran.
Langkah kolaboratif lainnya adalah bersinergi dengan Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas Trenggalek.
Jika awalnya dana sosial yang terhimpun di Baznas Trenggalek berada di kisaran Rp 120 juta per tahun, kini naik drastis menjadi Rp 7 miliar saban tahunnya.
Dana sosial tersebut besar manfaatnya untuk membantu musibah bencana alam, bedah rumah warga miskin serta rumah layak huni untuk bagi penyandang disabilitas.
Target Gus Ipin pada 2024 nanti, 11.000 jiwa yang terkategori miskin ekstrem harus bisa “mentas”.
Model pembangunan yang dijalankan di Kabupaten Trenggalek tidak terlepas dari penerapan konsep pembangunan pentahelix. Model ini merupakan kolaborasi sejumlah pihak dalam mencapai tujuan bersama.
Dengan melibatkan kalangan akademis, dunia usaha, masyarakat, media serta pemerintah.
Tidak salah jika Kabupaten Trenggalek dijadikan obyek studi banding pengentasan kemiskinan dari banyak daerah.
Membincangkan pengentasan kemiskinan memang harus “down to earth” dengan mendatangi langsung warga miskin agar bisa menyerap kesulitan hidup dan mendengar harapan mereka.
Sangat menghina akal sehat jika membincangkan masalah kemiskinan di tempat-tempat pelesiran yang bertajuk studi banding sembari mengudap kuliner lezat di rapat berseri-seri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.