Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Antitesa Jokowi, Jalan Anies Baswedan Menuju Pilpres 2024 Diprediksi Tak Mulus

Kompas.com - 01/02/2023, 12:31 WIB
Achmad Nasrudin Yahya

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dukungan Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membuat jalan Anies Baswedan menuju panggung Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 semakin terbuka lebar.

Berkat dukungan ketiga partai politik ini, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut kini telah memenuhi ketentuan presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.

Walaupun begitu, jalan Anies menjadi calon presiden (capres) diprediksi tak akan mulus begitu saja.

Ini tak lepas karena figur Anies yang dianggap sebagai antitesa Presiden Joko Widodo.

Kantongi tiket

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung partai Nasdem menjadi calon Presiden tahun 2024 belum menentukan siapa yang akan mendampinginya mengarungi kontestasi Politik 2024 nanti.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung partai Nasdem menjadi calon Presiden tahun 2024 belum menentukan siapa yang akan mendampinginya mengarungi kontestasi Politik 2024 nanti.
Saat ini, Anies bisa dikatakan telah mengantongi tiket sebelum akhirnya benar-benar resmi mendaftarkan diri menjadi capres.

Pernyataan dukungan Nasdem, Demokrat, dan PKS tentu membuat Anies bisa bernapas lega.

Sebab, dukungan tersebut membuat Anies telah memenuhi ketentuan presidential threshold 20 persen.

Baca juga: Nasib Anies Baswedan Usai Surya Paloh dan Jokowi Salaman

Berdasarkan Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum disebutkan, pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum (Pemilu) yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.

Jika merujuk hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, kumulasi perolehan suara sah Nasdem, Demokrat, dan PKS mencapai 25,03 persen.

Rinciannya, Nasdem meraih 12.661.792 suara (9,05 persen) dengan jumlah kursi 59 di DPR RI, Demokrat 10.876.057 suara (7,77 persen) dan meraih 54 kursi, serta PKS 11.493.663 suara (8,21 persen) dan memperoleh 54 kursi.

Ketika mengumumkan dukungan, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Sohibul Iman mengatakan, Anies telah memenuhi ketentuan ambang batas pencalonan presiden.

Baca juga: Disebut Keberatan Nasdem Usung Anies Jadi Capres, Jokowi: Apa Urusannya Presiden?

"PKS konsisten menjadi bagian dari koalisi partai-partai pengusung Anies Rasyid Baswedan tersebut di Pilpres 2024 sehingga koalisi ini memenuhi presidential threshold 20 persen," kata Sohibul Iman, dalam jumpa pers di kawasan Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (30/1/2023).

Susun piagam koalisi

Tak lama setelah dukungan sudah genap, Nasdem, Demokrat, dan PKS akan langsung bergerak cepat untuk menentukan arah koalisi.

Dalam waktu dekat, pimpinan partai politik tersebut akan bertemu untuk menyusun piagam koalisi dari ketiga partai politik dengan nama Koalisi Perubahan.

"Dalam waktu dekat para pimpinan puncak partai politik akan bertemu menyusun, menyepakati piagam koalisi," kata perwakilan tim kecil cikal bakal koalisi, Sudirman Said, Senin kemarin.

Baca juga: Didukung 3 Parpol Jadi Capres, Anies Bicara Kriteria Cawapres

Di sisi lain, Said menilai, dukungan ketiga partai politik menunjukkan bahwa Anies menjadi figur capres pertama yang mendapat kepastian untuk berkontestasi dalam Pilpres 2024.

"Kami semua berbesar hati, karena pada hari ini Pak Anies adalah bakal calon presiden yang pertama kali mendapatkan dukungan resmi dalam jumlah (PT) yang cukup," terang dia.

Penuh tantangan

Dukungan ketiga partai politik terhadap Anies secara tidak langsung menjawab teka-teki nasib Koalisi Perubahan.

Bisa dikatakan, lahirnya Koalisi Perubahan pun tinggal menunggu waktu.

Meski demikian, upaya pembentukan Koalisi Perubahan diklaim menemui banyak tantangan.

Deputi Analisa Data dan Informasi DPP Demokrat Syahrial Nasution mengatakan, banyak pihak yang selama ini berupaya menggagalkan terbentuknya Koalisi Perubahan.

"Jangan lupa bahwa banyak juga yang berusaha ingin menggagalkan terbentuknya Koalisi Perubahan yang digagas oleh Demokrat, Nasdem, dan PKS," ujar Syahrial dalam video yang diterima, Selasa (31/1/2023).

Baca juga: Anies Baswedan Kantongi Tiket Pilpres 2024, Siapa Pantas Jadi Cawapres?

Syahrial menuturkan, ketika ketiga partai politik mendeteksi adanya pihak yang ingin menggagalkan Koalisi Perubahan, mereka hanya berdoa.

Ketiga partai politik meyakini suara rakyat adalah suara Tuhan.

"Kita hanya mohon pertolongan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa. Karena suara rakyat adalah suara Tuhan," ucapnya.

Kriteria cawapres

Dalam lawatan safari politiknya ke Sumbawa, Anies bicara mengenai kriteria sosok calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya.

Ia mengatakan cawapresnya adalah sosok yang mendukung secara elektabilitas.

Lalu, bisa memperkuat soliditas koalisi, membantu roda pemerintahan, bisa bekerja dwi tunggal dan sepaham demi visi menuju keadilan. Namun, ia tak menyebutkan nama.

"Sabar ya, nanti diumumkan," kata Anies.

Di sisi lain, dengan lengkapnya dukungan ini, Anies berharap Koalisi Perubahan akan solid dalam menghadapi Pilpres 2024.

"Mudah-mudahan koalisi ini akan terus semakin solid," Kata Anies di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa kemarin.

Menurut Anies, kerja sama dan komunikasi yang dibangun dengan PKS selama ini terus berjalan.

Dengan bertambahnya dukungan dari PKS saat ini, Anies berjanji akan bekerja lebih solid.

"Karena selama ini juga sudah bekerja bersama, percakapan jalan terus. Jadi pengumuman publik kemarin Insya Allah kita sambut dengan bekerja lebih solid lagi," ucap Anies.

Tak mulus

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, memprediksi jalan Anies tak mulu untuk menjadi capres meski telah mengantongi dukungan dari tiga partai politik.

Menurut Ujang, jalan terjal yang akan dihadapi Anies tak lepas karena sosoknya yang identik dengan antitesa Jokowi.

Hal inilah, kata Ujang, yang membuat Anies tak disukai oleh pendukung Jokowi.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan pendukung Jokowi akan habis-habisan untuk menghalau jalan Anies.

"Kelompok (pendukung Jokowi) ini tidak akan mau Anies menang, maka akan habis-habisan mereka menghalau (Anies)," kata Ujang kepada Kompas.com, Rabu (1/2/2023).

Bahkan, Ujang meyakini, tak menutup kemungkinan kekurangan dan kelemahan Anies akan dikorek.

Misalnya, kekurangan dan kelemahan Anies ketika masih menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.

Indikasi kekurangan Anies mulai dikorek terlihat ketika isu dugaan pelanggaran hukum pada penyelenggaraan Formula E dan Program Rumah 0 Rupiah kembali mencuat belakangan ini.

Terlepas dari kekurangan dan kelemahan Anies, Ujang mengingatkan bahwa nasib calon pemimpin bangsa dengan segala kekurangan dan kelebihannya tetap ditentukan oleh rakyat itu sendiri.

"Siapa pun yang menjadi capres biar rakyat yang menentukan," imbuh dia.

(Penulis: Tatang Guritno, Karnia Septia, Adhyasta Dirgantara, Susi Gustiana | Editor: Dani Prabowo, Krisiandi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com