Apalagi, pasca-pengusungan tersebut, Nasdem dianggap bermain dua kaki.
Di satu sisi, Nasdem masih bagian dari koalisi pemerintahan. Namun, di sisi lain, Nasdem justru mengusung Anies yang identik sebagai antitesa dari Jokowi.
Apalagi, Nasdem juga tengah berupaya membangun koalisi bersama Demokrat dan PKS yang notabene merupakan kelompok oposisi.
Oleh karena itu, Ujang menilai bahwa ada dua makna penting dalam momentum pertemuan antara Paloh dan Jokowi.
Dua momentum tersebut, yakni antara Nasdem berpaling dan meninggalkan Anies di tengah kebuntuan tim kecil Koalisi Perubahan, atau tetap mengusungnya hingga menuju panggung Pilpres 2024.
"Pertemuan tersebut ada dua kemungkinan, melepas Anies suatu saat nanti, mungkin karena nanti dianggap tidak dapat partai koalisi misalkan karena PKS enggak mau, kan sekarang Demokrat sudah mendukung," kata Ujang kepada Kompas.com, Sabtu (28/1/2023).
"Atau Anies maju terus gaspol oleh Nasdem, Demokrat, dan PKS. Tetapi berat untuk menang," sambung dia.
Walaupun begitu, Ujang menilai, pertemuan tersebut juga sebagai upaya Paloh untuk mencairkan situasi politik yang belakangan ini mulai menghangat.
"Surya Paloh bertemu Jokowi ingin mencairkan situasi, ingin baikan, sekaligus izin atau pamit untuk bisa mendukung Anies Baswedan," terang dia.
(Penulis: Tatang Guritno, Nicholas Ryan Aditya | Editor: Novianto Setuningsih, Dani Prabowo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.