Jadi dengan memboyong Ridwan Kamil ke kubu Partai Golkar dan KIB adalah bagian dari aksi Jokowi untuk ‘membalas’ Nasdem dan Surya Paloh.
Pada saat Ridwan Kamil menjadi Wali Kota Bandung, infrastruktur politik utamanya adalah Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Lantas di tengah jalan, Ridwan Kamil diambil oleh Nasdem dan kemudian maju sebagai calon gubernur Jawa Barat bersama Nasdem dan PPP (partai Wakil Gubernur Jabar saat ini).
Kemudian, saat Anies Baswedan lepas dari pemerintahan Jokowi, Gerindra dan PKS mengambil Anies dan membawanya menjadi pemenang Pilkada DKI 2017.
Namun menjelang berakhirnya masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur di DKI Jakarta, Nasdem melakukan hal yang sama, yakni mencaplok Anies Baswedan dari Gerindra dan PKS.
Nah, saat Nasdem di atas angin karena berhasil mengambil figur yang dibesarkan Gerindra dan PKS, salah satunya Ridwan Kamil, mendadak Ridwan Kamil berpindah haluan ke Golkar, yang saya asumsikan di atas sebagai infrastruktur politik Jokowi.
Bahkan Ridwan Kamil masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dengan dukungan koalisi Nasdem dan PPP di DPRD Jabar.
Jadi langkah Airlangga Hartarto membawa Ridwan Kamil ke Golkar adalah bagian dari dialog Jokowi dengan Nasdem dan Surya Paloh.
Kali ini Jokowi ‘memukul’ Nasdem dengan mengambil Ridwan Kamil sebagai balasan atas keputusan Nasdem dan Surya Paloh menjadikan Anies Baswedan sebagai calon presiden Partai Nasdem.
Artinya, Jokowi, Airlangga Hartarto dan KIB menutup peluang Nasdem dan Surya Paloh untuk menggiring Ridwan Kamil berpasangan dengan Anies Baswedan.
Karena, bagaimanapun, jika Anies Baswedan dan Ridwan Kamil dipasangkan, maka keduanya menjadi pasangan potensial untuk mengalahkan siapapun calon yang didukung Jokowi nanti.
Kedua, pendaftaran Ridwan Kamil ke Golkar adalah langkah politik Jokowi untuk menyiapkan figur yang akan menjadi pasangan Ganjar Pranowo di pemilihan presiden tahun 2024 nanti, jika Ganjar Pranowo gagal menjadi capres dari PDIP.
Sebagaimana saya sebutkan di atas, KIB adalah infrastruktur politik Jokowi untuk berjaga-jaga jika calon yang didukung Jokowi, Ganjar Pranowo, tidak mendapat mandat dari PDIP untuk maju di ajang pesta demokrasi 2024.
Jika nantinya Ganjar Pranowo memang tidak didukung oleh Megawati Soekarnoputri, lalu berani bersikap berseberangan dengan PDIP dengan memutuskan maju bersama koalisi partai lain, maka KIB adalah pilihan utamanya, di mana Ridwan Kamil adalah pasangan potensial Ganjar Pranowo untuk mengalahkan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Puan Maharani.
Sebagaimana pernah saya tulis beberapa waktu lalu, Ridwan Kamil adalah pasangan wakil presiden paling ideal untuk Ganjar Pranowo.