Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Politik Love Bombing

Kompas.com - 18/01/2023, 13:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Atas dasar pikiran itulah, maka Magna Charta dibuat sebagai pegangan publik untuk mengontrol rajanya agar tidak bertindak sewenang-wenang.

Begitupun dengan pemilu kita, di mana masyarakat melakukan kontrak politik dengan pemimpinnya melalui media kertas dalam bilik suara.

Artinya secara fakta, masyarakat meneken “kontrak” dengan politisi yang dipilihnya. Seharusnya ada timbal balik adil diberikan kepada masyarakat melalui kebijakan-kebijakan.

Kebijakan tersebut seharusnya menguntungkan masyarakat, bukan menyamankan kepentingan politisi dan pengusaha.

Kejadian hari ini sepertinya lebih menguntungkan pengusaha dan rakyat hanyalah penonton setelah pemilu diselenggarakan.

Di satu sisi kata-kata perlu untuk menyampaikan gagasan dan ide. Secara instan memang kata-kata adalah media paling sederhana dan murah dalam memobilisasi opini publik.

Bagi politisi kemampuan berkata-kata menjadi keharusan. Politisi harus mampu menampilkan perbendeharaan kata-kata dengan berbagai gaya.

Selain itu justru dengan kata-kata yang kuat seorang politisi mampu menjawab berbagai pertanyaan dan kritik spontan ketika sedang dihadapinya. Namun apakah kualitas demokrasi kita sebatas cara politisi berkata-kata dengan gaya? Tentu tidak.

Eksistensi politisi harus sampai pada wadah bagi masyarakat untuk menuju kesejahteraan. Kesejahteraan itu harus sampai di teras rumah masyarakat dan diupayakan tidak dipajaki di tengah jalan.

Sehingga politisi memilki kepentingan utama, yaitu mensejahterakan masyarakat melalui hak konstitusinya sebagai eksekutif atau legislatif. Tidak hanya sekadar tampil bergaya dengan kata-kata.

Politik Indonesia juga tidak terlepas dari dinamika komunikasi politik. Baik itu antara parpol atau politisi dengan masyarakat.

Komunikasi politik serasa cukup penting dalam percaturan politik Nasional. Kita ingat bahwa ketika Megawati Soekarnoputri belum menyampaikan siapa calon presiden yang diusung PDI-P, publik di buat penasaran.

Atau ketika Nasdem mengusung Anis Baswedan dan jadi calon Presiden, publik juga dibuat kaget. Itu artinya bahwa konteks politik Nasional tidak terlepas dari komunikasi politik.

Komunikasi politik yang dibangun oleh elite politik dengan sendirinya perlahan-lahan akan membentuk opini publik. Opini ini akan menjadi basis cara berpikir publik untuk taat kepada parpol atau tokoh yang didukungnya.

Sehingga bermuara kepada fanatisme dan loyalitas tinggi kepada dukungannya. Pada saat itu, parpol mendapat nilai positif karena basis massanya semakin bertambah dan solid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com