Di sisi lain, Sandiaga saat ini dinilai tengah dihadapi situasi dilema "maju kena mundur kena".
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyebut dilema tersebut karena peluang Sandiaga maju menjadi capres sudah tertutup rapat di Gerindra.
Sebab, Gerindra telah menjadikan Prabowo sebagai satu-satunya capres yang akan diusung partai.
Tetapi di saat yang sama, PPP juga belum tentu menerima dan mendukung Sandiaga.
Mengingat, PPP pernah blak-blakkan mendukung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi capres atau pun calon wakil presiden (cawapres).
Menurutnya, peluang Sandiaga bisa maju sebagai capres kian tipis karena kecilnya bargaining PPP, misalnya, perolehan 19 kursi di parlemen dari hasil Pemilu 2019.
Belum lagi, PPP juga sudah terikat dengan KIB yang diisi Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada situasi inilah, Ujang menyebut bahwa Sandiaga dalam situasi dilema "maju kena mundur kena".
"Itulah dinamika politik yang terjadi, maju kena mundur kena Sandiaga agak sulit, karena 2024 bukan momentumnya dia, agak sulit di Gerindra, sulit di PPP, karena bargaining PPP pun kecil," ujar Ujang, Selasa (10/1/2023).
"Jangan lupa, PPP sudah berada di KIB, bagaimana pun KIB miliknya Jokowi, jokowi lah yang menentukan siapa capres-cawapresnya," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.