Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Saya Enggak Mau Dibilang Komunis, kalau Sukarnois, Yes!

Kompas.com - 10/01/2023, 11:50 WIB
Ardito Ramadhan,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bercerita soal pengalamannya diinterogasi pihak kejaksaan pada masa Orde Baru silam saat berpidato di acara peringatan HUT PDI-P, Selasa (10/1/2023).

Megawati menuturkan, dalam sebuah interogasi, ia pernah menyatakan bahwa dirinya bukanlah seorang komunis, melainkan adalah Sukarnois.

Awalnya, Mega bercerita bahwa ia kesal karena selalu ditanyai pertanyaan yang sama oleh pihak kejaksaan.

"Dari jam 8 lagi lho Pak sampai jam 8 malam saya masih ditanyain dan pertanyaannya itu, kalau pertanyaannya banyak, enggak, itu aja, bolak-balik bolak-balik," kata Mega, Selasa.

Baca juga: Ceritakan Sejarah Lahirnya PDI-P, Megawati: Tahu Enggak Bapak Saya Siapa?

Padahal, kata Mega, ia mempunyai suami dan anak.

Ia pun mempersilakan bila ia ditangkap asalkan pihak kejaksaan membacakan berita acara pemeriksaannya.

Mega pun menolak bila disebut sebagai komunis karena ia tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut.

"Saya bilang, saya enggak mau kalau dibilang komunis karena saya enggak pernah ikut," kata Megawati.

"Lha iya dong, enak aja, tapi kalau saya dibilang Sukarnois, yes!" ujar dia.

Baca juga: LINK Live Streaming Peringatan HUT Ke-50 PDI-P

Baca juga: Ceritakan Sejarah Lahirnya PDI-P, Megawati: Tahu Enggak Bapak Saya Siapa?

Megawati mengatakan, pernyataan itu lantas membuat jaksa yang memeriksanya gugup, bahkan menawarkan untuk mengantar Mega pulang.

Namun, Mega menolak tawaran tersebut dan memilih untuk pulang sendiri ke rumahnya.

"Itulah pemimpin gagah berani, benar apa enggak? Iyalah, kalau melempem kayak gini, ya enggaklah, emoh aku," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri Lewat Jalur Khusus

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri Lewat Jalur Khusus

Nasional
Polri Buru Dalang 'Illegal Fishing' Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Polri Buru Dalang "Illegal Fishing" Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Nasional
Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Nasional
BPK Periksa SYL Soal dugaan Auditor Minta Rp 12 M

BPK Periksa SYL Soal dugaan Auditor Minta Rp 12 M

Nasional
UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Nasional
Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com