"Maksud saya, ini bertolak belakang. Artinya, kalau saudara mengatakan bahwa 'saya khawatir', saudara menuruti apa permintaan istri saudara untuk tidak menghubungi aparat kepolisian setempat, tapi pada saat yang sama saudara tidak khawatir juga dan bisa bermain bulu tangkis," kata hakim Wahyu lagi.
Sambo lantas beralasan bahwa dirinya baru mempersiapkan diri untuk kegiatan bulu tangkis tersebut. Aktivitas itu sedianya baru akan digelar pada malam harinya.
"Karena memang malam biasanya rutin untuk kegiatan bulu tangkis," katanya.
Namun, Sambo pada akhirnya tak jadi menghadiri kegiatan tersebut lantaran pada Jumat sore terjadi penembakan Brigadir Yosua di rumah dinasnya di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Hakim juga sempat dibuat heran dengan pernyataan Sambo yang menyebut dirinya sebenarnya tak ingin Yosua kehilangan nyawa. Sebabnya, Sambo sendiri yang memerintahkan anak buahnya untuk menembak Brigadir J.
"Saudara menghendaki korban Yosua itu meninggal tidak?" tanya hakim dalam sidang.
"Tidak, Yang Mulia," jawab Sambo.
"Kalaulah saudara tidak menghendaki korban Yosua meninggal, kenapa pada saat di (rumah) Saguling saudara mengatakan bahwa nanti kalau melawan tembak?" tanya hakim lagi.
Adapun dalam pengakuan sebelumnya, Sambo sempat menginstruksikan ajudannya, Ricky Rizal, untuk menembak Yosua. Tetapi, Ricky menolak hingga Sambo memerintahkan Richard Eliezer atau Bharada E yang menembak.
Perintah untuk menembak itu disampaikan Sambo ke anak buahnya di ruang kerja rumah pribadinya di Jalan Saguling, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Menjawab pertanyaan hakim, Sambo beralasan, perintah penembakan tersebut dia sampaikan untuk berjaga-jaga jika Yosua melawan.
Namun, Sambo mengaku, niat awalnya hanya ingin mengonfirmasi ke Yosua perihal kekerasan seksual yang diklaim oleh istrinya.
Baca juga: Ferdy Sambo Bersaksi: Diragukan Hakim, Dibantah Richard Eliezer hingga Pengacara Tak Banyak Berharap
"Dalam pemikiran saya (perintah penembakan) untuk mengkonfirmasi apabila ada perlawanan. Dan ternyata di lokasi saya melihat dia (Yosua) menjawab pertanyaan saya itu seperti menantang dan tidak meminta maaf atau apa pun juga," ujar Sambo.
"Jadi kalaulah saudara tidak menghendaki korban itu meninggal, mengapa ketika saudara sampaikan kepada terdakwa Ricky maupun terdakwa Richard itu kalau dia (Yosua) melawan tembak saja?" tanya hakim.
Menjawab pertanyaan hakim, Sambo mengatakan, penembakan Yosua adalah hal terakhir yang akan dia perintahkan jika situasinya memaksa.
"Itu kesempatan terakhir yang harus digunakan apabila memang kondisi terpaksa," kata mantan jenderal bintang dua Polri itu.
Di hadapan majelis hakim, Sambo mengaku dirinya tak memerintahkan Richard Eliezer untuk menembak Yosua ketika berada di rumah dinasnya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Sambo bilang, dirinya saat itu hanya memerintahkan Richard untuk menghajar Yosua. Begitu Richard menembak, Sambo mengaku dirinya panik.
"Hajar, Chad! Kamu hajar, Chad! Kemudian ditembaklah Yosua sambil maju sampai roboh, Yang Mulia," kata Sambo.
Baca juga: Hakim Heran dengan Pengakuan Ferdy Sambo: Kalau Tak Ingin Yosua Tewas, Mengapa Perintahkan Menembak?
Sambo mengatakan, penembakan Yosua berlangsung sangat cepat. Sampai-sampai, dia harus menghentikan Richard untuk menyetop tembakan.
"Itu kejadiannya cepat sekali, tidak sampai sekian detik. Saya kaget kemudian saya sampaikan stop, berhenti," ujarnya.