Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang "Kompas": 42 Persen Masyarakat Anggap Pandemi Sudah Aman

Kompas.com - 21/11/2022, 14:10 WIB
Fika Nurul Ulya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas menunjukkan, 42 persen masyarakat atau responden menganggap bahwa situasi pandemi sudah aman.

Bahkan, 10 persen di antaranya yakin bahwa tidak pernah ada pandemi Covid-19 sejak awal.

Lalu, empat dari 10 responden lainnya secara terang-terangan menyatakan bahwa pandemi sudah berakhir sehingga Covid-19 sudah tidak ada.

Sementara itu, separuh lainnya berpendapat, situasi sudah aman karena sudah banyak masyarakat yang mendapatkan vaksin Covid-19.

"42 persen dari total responden lainnya menganggap situasi saat ini sudah aman," kata peniliti Litbang Kompas, Agustina Purwanti, dikutip dari Kompas.id, Senin (21/11/2022).

Baca juga: Survei Litbang “Kompas”: Mayoritas Publik Khawatir Subvarian Baru dan Peningkatan Kasus Covid-19

Sementara itu, 41 persen sisanya menyatakan pandemi belum berakhir. Separuh di antaranya atau sekitar 20,6 persen meyakini bahwa munculnya varian baru dan meningkatnya kasus Covid-19 masih sangat mungkin terjadi.

Separuh lainnya atau 20,7 persen menilai, jika muncul gejala seperti Covid-19, tidak lantas harus melakukan tes antigen. Mereka menganggapnya sebagai batuk pilek biasa saja.

Kemudian, 20,8 persen menyatakan bahwa pandemi sudah aman karena sudah banyak yang mendapat vaksinasi.

Makin abai prokes

Adapun anggapan itu berpengaruh pada penerapan protokol kesehatan. Survei menemukan, masyarakat makin abai menerapkan protokol kesehatan saat makin berumur tua.

Artinya, kaum muda lebih patuh terhadap protokol kesehatan dibanding yang lebih tua.

Hal ini terjadi di tengah peningkatan kasus Covid-19 karena munculnya subvarian baru Omicron, termasuk XBB.

Bahkan, pada 16 November, kasus harian mencapai 8.486 dalam sehari, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2022.

Baca juga: Istana Pastikan Jokowi Sehat Usai Bertemu Kepala Eksekutif Hong Kong yang Positif Covid-19

Kasus ini meningkat dari rata-rata bulan Oktober hanya sekitar 1.000 kasus per hari.

Merujuk laman covid19.go.id, rata-rata kasus baru pada minggu pertama Oktober mencapai 1.735 kasus.

Meningkat jadi 2.661 kasus pada minggu terakhir Oktober, lalu menjadi 6.697 kasus pada minggu ketiga November.

Mengacu hasil survei, sebanyak 77 persen responden berusia 18-30 tahun yang masih setia menerapkan protokol kesehatan sejak awal pandemi Covid-19.

Sementara itu, 5,5 persen mengaku tidak selalu menerapkan protokol kesehatan, dan 15,3 persen sudah tidak menerapkan.

Angka penerapan protokol kesehatan ini semakin turun pada kelompok usia yang lebih dewasa.

Hanya 75 persen kelompok usia 31-45 tahun yang masih menerapkan protokol kesehatan, menyusut lagi menjadi 73,8 persen pada kelompok usia 48-59 tahun, dan 65,6 persen pada kelompok usia 60 tahun ke atas.

"Selisih pada ketiga kelompok tersebut memang relatif sedikit. Namun, pada kelompok lansia atau 60 tahun ke atas, hanya tersisa 65,6 persen responden yang masih menerapkan protokol kesehatan," ucap Agustina.

Baca juga: Pastikan Stok Vaksin Covid-19 Aman, Dinkes DKI Imbau Warga Segera Booster

Survei ini dikumpulkan melalui telepon pada 8-10 November sehingga sebanyak 512 responden dari 34 provinsi berhasil diwawancarai.

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di masing-masing provinsi.

Adapun tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, nirpencuplikan penelitian kurang lebih 4,33 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com