Kondisi ini terjadi karena adanya thrust lever sebelah kanan tidak berkurang tenaganya.
Nurcahyo menyampaikan, kondisi ini menjadikan thrust lever sebelah kiri mengurangi tenaga mesin untuk mengkompensasi kebutuhan tenaga mesin sesuai permintaan autopilot.
"Artinya terjadi perbedaan antara kiri dan kanan. Perbedaan ini disebut dengan asimetri," kata dia.
Efeknya, terjadi perubahan sikap pesawat yang mendadak dari berbelok ke kanan, kemudian datar dan berbelok ke kiri.
Baca juga: Kemenhub Sebut 35 Ahli Waris Korban Sriwijaya Air SJ 182 Sudah Terima Ganti Rugi, 27 Belum
Hal ini disinyalir lantaran adanya perbedaan tenaga mesin kanan dan kiri pesawat.
"Dalam penerbangan ini, menjelang ketinggian 11.000 kaki, pesawat yang tadinya sedang berbelok ke kanan, karena perubahan posisi thrust lever sebalah kiri yang makin berkurang, menghasilkan mesin sebelah kiri yang makin berkurang, akhirnya pesawat menjadi datar tidak bergerak, berbelok," ujar Nurcahyo.
"Setelah itu berpindah berbelok ke kiri. Yang tadinya berbelok kenan, berubah menjadi ke kiri," kata dia.
Nurcahyo lantas menjelaskan adanya istilah yowing dalam penerbangan.
Yowing, menurut Nurcahyo, adalah keadaan saat daya dorong di sayap sebalah kanan pesawat lebih besar, sehingga pesawat akan bergeleng.
"Yow ke kiri. Dari hukum aerodinamic, apabila pesawat sudah yow maka selanjutnya akan menimbulkan rol," tutur dia.
KNKT juga menyoroti adanya perubahan kondisi pada kokpit pesawat yang ditandai dengan tidak terdengar suara kapten pilot.
"Kami kebetulan dari kokpit voice recorder yang ditemukan, kami mendapatkan bahwa suara kaptennya tidak terekam," kata Nurcahyo.
Baca juga: Hasil Investigasi KNKT, Pesawat SJ 182 Alami Yowing ke Kiri Jelang Ketinggian 11.000 Kaki
Oleh karena itu, KNKT tidak bisa mengetahui alasan pasti suara kapten pilot yang tidak terekam dalam voice recorder.
Namun, menurut dia, ada dugaan bahwa kapten pilot tidak menggunakan headset.
Selain itu, KNKT mengaku tidak bisa mendengar suara apa pun dari kokpit.