Inisiatif lain yang juga diusung adalah program Navigator Pasien Kanker (Napak). Caranya dengan menghadirkan peran profesional Napak di rumah sakit dan mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan sepanjang perjalanan pengobatan pasien.
Baca juga: 6 Manfaat Daun Sirsak: Cegah Insomnia, Kanker, dan Asam Urat
Tujuannya untuk menjawab berbagai hambatan yang ditemui pasien seperti antrean panjang, komunikasi yang kurang jelas, waktu tunggu yang lama, administrasi kompleks, ketidakpercayaan terhadap kemampuan tenaga kesehatan, dan kurangnya empati.
Program kemitraan Napak memberikan beasiswa pelatihan profesional, pendampingan pelaksanaan Napak dalam sistem pelayanan rumah sakit, transfer pengetahuan melalui bantuan teknis untuk mengembangkan kurikulum lokal, serta pembentukan pusat pelatihan lokal Napak dengan akreditasi nasional.
"Navigator Pasien Kanker akan dibekali dengan pengetahuan mendalam tentang penyakit, nilai ekonomi perawatan, hingga pemahaman efek samping terapi. Sehingga, saat Navigator berbicara dengan pasien, mereka dapat berperan sebagai anggota tim dokter, namun saat berbicara dengan dokter, dapat memosisikan diri seperti anggota keluarga pasien," jelasnya.
Baca juga: Tanda-tanda Kanker Tiroid yang Perlu Diwaspadai
Sebagai informasi, penyakit kanker masih menjadi satu dari tiga penyakit tidak menular (PTM) dengan prevalensi dan tingkat kematian tertinggi, di samping penyakit jantung dan stroke.
Berdasarkan data Globocan 2020, terdapat 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dengan 234.511 kematian akibat kanker.
Di sisi lain, ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker dan terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker masih menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.