JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyampaikan hasil penyelidikan mereka terkait tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan lebih dari 130 orang.
Salah satu temuan Komnas HAM yakni soal detik-detik menegangkan di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan yang ditengarai paling banyak memakan korban.
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyebutkan, kondisi di dalam stadion masih terkendali setelah peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan ditiupkan pada pukul 21.47 WIB.
Tak lama, sekitar pukul 22.00 WIB, seluruh pintu kecil keluar tribune terbuka. Penonton pun mulai meninggalkan stadion.
"Bahwa alur keluar suporter dari tribune keluar stadion terlihat lancar pada pintu 1, 2, 4, 5, 6, 8, 11, dan 14," kata Beka di kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Baca juga: Komnas HAM Nyatakan Ada Pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan
Namun, keluarnya penonton dari stadion tak berjalan lancar di pintu 3, 7, 9, 10, 12, dan 13. Terjadi penumpukan massa dan saling impit.
Kemudian, sekitar pukul 22.10, salah satu anggota Brimob menembakkan gas air mata ke arah tribune 13. Tembakan ini seketika menyebabkan penonton berhamburan dan panik.
"Salah satu anggota Brimob dari sisi kiri gawang selatan menembakkan gas air mata ke arah tribune. Salah satu amunisi gas air mata jatuh dan meledak tepat di sebelah kiri pintu 13, tembakan gas air mata masuk ke tangga pintu 13," ujar Beka.
"Sehingga menimbulkan kepanikan dan membuat orang berdesakan untuk keluar lewat pintu 13," lanjut dia.
Baca juga: Soal Kanjuruhan, Komnas HAM: Jika Aparat Sabar, Tidak Ada Tragedi yang Memilukan
Kondisi kian kacau karena terjadi aksi saling dorong. Banyak yang terjepit dan tak bisa keluar dari tumpukan penonton.
"Namun dorongan dari bagian belakang terus bertambah sehingga menyebabkan kondisi orang bertumpuk secara horizontal, saling tergencet kesulitan bernapas di pintu 13," kata Beka.
Akhirnya, banyak penonton kehilangan nyawa. Di pintu ini pula, korban luka ringan hingga berat banyak berjatuhan.
Sebagian besar korban mengalami gangguan pernapasan dengan memar di paru-paru akibat trauma atau benturan. Kemudian, terdapat tanda-tanda bekas gas air mata berupa wajah memerah atau membiru dan mata merah berair.
Sejumlah korban juga mengalami patah tulang dan lebah-lebam, dislokasi, nyeri atau trauma otot, nyeri dada, dan sesak.
"Mata bengkak merah kehitaman dan berair diduga akibat gas air mata," terang Beka.