Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahmat Aming Lasim
Pegawai Negeri Sipil

Diplomat, pemerhati Timur Tengah

Tantangan Migrasi Santri ke Luar Negeri

Kompas.com - 28/10/2022, 15:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, saat ini dengan terbukanya kesempatan belajar di luar negeri, para santri juga terbuka untuk mengenyam pendidikan di luar negeri.

Bahkan madrasah dan pondok pesantren saat ini berlomba untuk melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri.

Contohnya di Mesir, jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia diperkirakan mencapai 11.000 orang. Kemudian di Arab Saudi perkiraan mencapai 2.000 orang pelajar dan mahasiswa.

Belum lagi di negara Timur Tengah dan negara lainnya yang tersebar di seluruh dunia. Sehingga ke depan diperkirakan migrasi santri akan semakin meningkat.

Ketiga, migrasi adalah konsekuensi logis di era globalisasi. Lalu lintas orang yang bermigrasi ke luar negeri adalah fenomena yang tidak mungkin terelakan.

Dengan kemudahan fasilitas paspor dan visa, sekarang semua orang dapat bepergian ke luar negeri.

Kementerian Luar Negeri, misalnya, mencatat hingga 2019 terdapat 3.011.202 orang WNI di luar negeri untuk bekerja, tinggal, dan belajar.

Data imigrasi bandara Soekarno Hatta mencatat terdapat sekitar 400.000 orang yang bepergian ke luar negeri tahun 2021. Dan kemungkinan akan terus bertambah, seiring mulai berakhirnya pandemi Covid-19.

Tantangan migrasi santri ke luar negeri

Migrasi atau hijrah dalam terminologi sejarah Islam bukanlah hal baru. Bermigrasi ke luar negeri adalah hal yang wajar bahkan sebuah keniscayaan jika lingkungan sekitar mengharuskan demikian.

Namun tidak semua orang bisa migrasi dari zona nyaman. Begitupun para santri yang terbiasa dengan kehidupan di dalam negeri.

Terbiasa hidup dengan lingkungan keluarga dan teman yang sudah dikenal. Meskipun migrasi ke luar negeri tidak mudah, namun biasanya akan terasa berat jika para santri yang ingin ke luar negeri bukan karena keinginan murni dari santri tersebut.

Tantangan psikologis

Perubahan budaya (culture shock) adalah salah satu aspek penting saat migrasi ke luar negeri. Bertemu dengan orang baru, lingkungan baru, budaya baru, tradisi baru, dan sistem baru yang mungkin tidak pernah terlintas sebelumnya.

Sehingga perlu persiapan mental yang matang agar para santri bisa menghadapi berbagai perbedaan selama berada di luar negeri.

Selain kesiapan fisik, kesiapan mental sangat penting, karena masih sering mendengar para santri yang homesick, kangen keluarga, kangen kampung halaman, tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang baru, tidak cakap bergaul dengan lingkungan baru dan tidak mampu beradaptasi secara cepat dengan masyarakat sekitar karena kendala psikologis semata.

Tantangan kompetensi

Hal yang harus digarisbawahi agar dapat migrasi dengan aman ke luar negeri adalah kompetensi bahasa.

Pertama karena bahasa adalah alat komunikasi dan berinteraksi yang paling ampuh. Ketika santri mengerti bahasa setempat, artinya hampir 80 persen, permasalahan migrasi di luar negeri dapat diselesaikan.

Miskomunikasi dan salah paham terjadi karena tidak memahami pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita.

Kedua bahasa adalah kunci untuk menimba ilmu. Bahasa adalah kompetensi wajib untuk meraih jenjang pendidikan yang akan dituju, baik untuk level menengah atas ataupun level pendidikan tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com