Salin Artikel

Tantangan Migrasi Santri ke Luar Negeri

Secara kultural, predikat santri melekat pada seorang yang belajar (atau pernah belajar) ilmu agama Islam di pesantren.

Seseorang dapat pula dikatakan santri apabila memiliki sifat-sifat yang mulia sesuai ajaran agamanya.

Kaum santri dalam tataran kehidupan sosial Indonesia adalah kelompok yang memiliki identitas ketaatan pada ajaran agama, kebalikan dari kaum abangan yang memiliki sikap berbeda dalam beragama.

Dari sinilah mungkin Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java membagi masyarakat Jawa menjadi tiga, yaitu santri, abangan, dan priyayi (ningrat).

Meskipun klasifikasi ini hanyalah pandangan budaya dari Geertz, namun diskursus penyematan ketiga istilah tersebut masih belum hilang dalam kehidupan masyarakat, bahkan dalam forum akademik.

Dari pengertian di atas, sejatinya santri hidup dalam lingkungan yang homogen. Perbedaan yang dihadapi kebanyakan adalah aplikasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga tak salah jika santri memiliki pandangan yang inward-looking, hanya melihat ke dalam satu sisi saja, sibuk mengurus diri atau kelompoknya sendiri, dan belum terasah untuk berpandangan outward-looking, melihat jauh keluar, lebih open minded, terbiasa dengan masyarakat yang heterogen.

Paradigma inilah yang harus segera diubah oleh para santri dan sistem pesantren yang jumlahnya saat ini menurut data dari Kementerian Agama adalah 2.647.056 orang santri.

Santri tidak boleh lagi gagap menghadapi perbedaan cara pandang, perbedaan budaya, dan perbedaan cara beragama.

Santri tidak bisa lagi bersembunyi di balik tembok pesantren dan tidak berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lembaga pesantren adalah kawah candradimuka pembekalan dan tempat menempa ilmu agama agar para santri tangguh menghadapi persoalan hidup yang tidak selamanya ada di dunia pesantren.

K.H. Hasyim Asyari mengatakan, "Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja."

Santri harus jadi perekat bangsa dan menjadi instrument kebaikan kepada semua orang tanpa terkecuali.

Migrasi santri ke luar negeri

Tentu kalau melihat sejarah ke belakang, bahkan sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali para santri yang berkelana dan belajar agama ke mancanegara, khususnya Timur Tengah.

Destinasi Mekkah, Madinah, Kairo, Baghdad, dan Damascus adalah tujuan para penimba ilmu masa itu.

Meskipun terkendala transportasi dan komunikasi, namun dengan niat dan tekad yang bulat, para santri jaman itu menjadi ulama besar, yang kaya akan khazanah keilmuan dan wawasan yang luas, saat kembali ke tanah air.

Mengapa santri perlu migrasi ke luar negeri? Pertama, ajaran untuk mengembara mencari sumber ilmu adalah sebuah anjuran para guru dan ulama.

Imam Syafii, salah satu dari empat Imam yang terkenal, dalam bukunya malah menegaskan kepada murid-muridnya untuk bepergian ke luar lingkungan negerinya.

Dalam sejarahnya malah beliau berkelana dari Palestina tanah kelahirannya, ke Hijaz (Mekkah dan Madinah), ke Baghdad di Irak dan ke Kairo, Mesir sampai akhir hayatnya.

Kedua, saat ini dengan terbukanya kesempatan belajar di luar negeri, para santri juga terbuka untuk mengenyam pendidikan di luar negeri.

Bahkan madrasah dan pondok pesantren saat ini berlomba untuk melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri.

Contohnya di Mesir, jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia diperkirakan mencapai 11.000 orang. Kemudian di Arab Saudi perkiraan mencapai 2.000 orang pelajar dan mahasiswa.

Belum lagi di negara Timur Tengah dan negara lainnya yang tersebar di seluruh dunia. Sehingga ke depan diperkirakan migrasi santri akan semakin meningkat.

Ketiga, migrasi adalah konsekuensi logis di era globalisasi. Lalu lintas orang yang bermigrasi ke luar negeri adalah fenomena yang tidak mungkin terelakan.

Dengan kemudahan fasilitas paspor dan visa, sekarang semua orang dapat bepergian ke luar negeri.

Kementerian Luar Negeri, misalnya, mencatat hingga 2019 terdapat 3.011.202 orang WNI di luar negeri untuk bekerja, tinggal, dan belajar.

Data imigrasi bandara Soekarno Hatta mencatat terdapat sekitar 400.000 orang yang bepergian ke luar negeri tahun 2021. Dan kemungkinan akan terus bertambah, seiring mulai berakhirnya pandemi Covid-19.

Tantangan migrasi santri ke luar negeri

Migrasi atau hijrah dalam terminologi sejarah Islam bukanlah hal baru. Bermigrasi ke luar negeri adalah hal yang wajar bahkan sebuah keniscayaan jika lingkungan sekitar mengharuskan demikian.

Namun tidak semua orang bisa migrasi dari zona nyaman. Begitupun para santri yang terbiasa dengan kehidupan di dalam negeri.

Terbiasa hidup dengan lingkungan keluarga dan teman yang sudah dikenal. Meskipun migrasi ke luar negeri tidak mudah, namun biasanya akan terasa berat jika para santri yang ingin ke luar negeri bukan karena keinginan murni dari santri tersebut.

Tantangan psikologis

Perubahan budaya (culture shock) adalah salah satu aspek penting saat migrasi ke luar negeri. Bertemu dengan orang baru, lingkungan baru, budaya baru, tradisi baru, dan sistem baru yang mungkin tidak pernah terlintas sebelumnya.

Sehingga perlu persiapan mental yang matang agar para santri bisa menghadapi berbagai perbedaan selama berada di luar negeri.

Selain kesiapan fisik, kesiapan mental sangat penting, karena masih sering mendengar para santri yang homesick, kangen keluarga, kangen kampung halaman, tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang baru, tidak cakap bergaul dengan lingkungan baru dan tidak mampu beradaptasi secara cepat dengan masyarakat sekitar karena kendala psikologis semata.

Tantangan kompetensi

Hal yang harus digarisbawahi agar dapat migrasi dengan aman ke luar negeri adalah kompetensi bahasa.

Pertama karena bahasa adalah alat komunikasi dan berinteraksi yang paling ampuh. Ketika santri mengerti bahasa setempat, artinya hampir 80 persen, permasalahan migrasi di luar negeri dapat diselesaikan.

Miskomunikasi dan salah paham terjadi karena tidak memahami pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita.

Kedua bahasa adalah kunci untuk menimba ilmu. Bahasa adalah kompetensi wajib untuk meraih jenjang pendidikan yang akan dituju, baik untuk level menengah atas ataupun level pendidikan tinggi.

Sehingga perlu sejak dini, dipersiapkan dengan baik penguasaan bahasa asing. Misalkan dengan mengambil kursus bahasa atau memperdalam bahasa asing sesuai dengan dengan negara tujuan dan level kemampuannya.

Kompetensi lainnya seperti soft skill dan hard skill yang dimiliki oleh para santri akan menjadi faktor pendukung kesuksesan santri di manapun.

Dunia ini hanya akan dikuasai oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya dan mereka yang memiliki skill yang lebih baik dari orang lain.

Para santri tidak boleh berharap mendapat kompetensi tinggi tanpa perjuangan yang besar. Ibarat belajar naik sepeda, jika tidak pernah jatuh bangun, dia tidak akan pernah tahu bagaimana naik sepeda yang baik.

Tantangan administrasi

Saat migrasi ke luar negeri, tidak jarang permasalahan administrasi menjadi tantangan tersendiri.

Dari mulai ijazah dan dokumen terkait, terjemahan dokumen, legalisasi dokumen, paspor, visa, rekomendasi, tiket, asuransi, serta sederet urusan administrasi yang membuat para santri dan orangtuanya harus mempersiapkan dengan baik.

Para santri diharuskan untuk konsultasi terlebih dahulu kepada yang ahli dan berpengalaman sebelum migrasi ke luar negeri.

Para santri juga agar senantiasa mengikuti prosedur yang sudah digariskan oleh lembaga pendidikan yang dituju.

Sebaiknya para santri mengurus sendiri dokumen administrasi tersebut agar terbiasa dengan kehidupan di luar negeri yang serba mandiri.

Momentum Hari Santri

Hari Santri Nasional yang ditetapkan pada tahun 2015 dan diperingati setiap tanggal 22 Oktober adalah momentum para santri untuk menghadapi tantangan-tantangan saat ingin migrasi ke luar negeri.

Peringatan Hari Santri bukan hanya dimaknai secara seremonial belaka, namun tentunya bagaimana bisa membangun kebanggaan santri bukan hanya di kancah nasional, tapi juga di kancah internasional.

Migrasi ke luar negeri adalah fenomena yang biasa dihadapi oleh siapapun termasuk para santri. Tantangan migrasi hanya bagian kecil dari kehidupan santri yang sejatinya terbiasa tangguh dan mandiri.

Bermigrasi artinya menambah pengetahuan dan wawasan para santri. Saat di luar negeri para santri akan tahu betapa besarnya Indonesia, betapa perlunya kontribusi santri untuk tanah air tercinta.

Ketika di luar negeri, para santri akan memiliki perspektif lain melihat bangsa dan negara. Jiwa nasionalisme akan semakin terpupuk, karena semua orang membanggakan negaranya masing-masing.

Dan penulis yakin para santri akan bangga dengan Indonesia, negara yang telah melahirkan dan membesarkannya.

Banyak dari para santri di luar negeri yang berprestasi dan membuat harum nama Indonesia. Semoga migrasi santri ke luar negeri terus dibarengi dengan tata kelola dan persiapan yang baik dari semua aspeknya.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/28/15061181/tantangan-migrasi-santri-ke-luar-negeri

Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke