Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahmat Aming Lasim
Pegawai Negeri Sipil

Diplomat, pemerhati Timur Tengah

Tantangan Migrasi Santri ke Luar Negeri

Kompas.com - 28/10/2022, 15:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENURUT KBBI, santri adalah seseorang yang mendalami ilmu agama Islam secara sungguh-sungguh. Dalam praktiknya, santri terbagi dua, mereka yang menetap (mukim) di pondok pesantren dan mereka yang pulang pergi (kalong).

Secara kultural, predikat santri melekat pada seorang yang belajar (atau pernah belajar) ilmu agama Islam di pesantren.

Seseorang dapat pula dikatakan santri apabila memiliki sifat-sifat yang mulia sesuai ajaran agamanya.

Kaum santri dalam tataran kehidupan sosial Indonesia adalah kelompok yang memiliki identitas ketaatan pada ajaran agama, kebalikan dari kaum abangan yang memiliki sikap berbeda dalam beragama.

Dari sinilah mungkin Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java membagi masyarakat Jawa menjadi tiga, yaitu santri, abangan, dan priyayi (ningrat).

Meskipun klasifikasi ini hanyalah pandangan budaya dari Geertz, namun diskursus penyematan ketiga istilah tersebut masih belum hilang dalam kehidupan masyarakat, bahkan dalam forum akademik.

Dari pengertian di atas, sejatinya santri hidup dalam lingkungan yang homogen. Perbedaan yang dihadapi kebanyakan adalah aplikasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga tak salah jika santri memiliki pandangan yang inward-looking, hanya melihat ke dalam satu sisi saja, sibuk mengurus diri atau kelompoknya sendiri, dan belum terasah untuk berpandangan outward-looking, melihat jauh keluar, lebih open minded, terbiasa dengan masyarakat yang heterogen.

Paradigma inilah yang harus segera diubah oleh para santri dan sistem pesantren yang jumlahnya saat ini menurut data dari Kementerian Agama adalah 2.647.056 orang santri.

Santri tidak boleh lagi gagap menghadapi perbedaan cara pandang, perbedaan budaya, dan perbedaan cara beragama.

Santri tidak bisa lagi bersembunyi di balik tembok pesantren dan tidak berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lembaga pesantren adalah kawah candradimuka pembekalan dan tempat menempa ilmu agama agar para santri tangguh menghadapi persoalan hidup yang tidak selamanya ada di dunia pesantren.

K.H. Hasyim Asyari mengatakan, "Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja."

Santri harus jadi perekat bangsa dan menjadi instrument kebaikan kepada semua orang tanpa terkecuali.

Migrasi santri ke luar negeri

Tentu kalau melihat sejarah ke belakang, bahkan sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali para santri yang berkelana dan belajar agama ke mancanegara, khususnya Timur Tengah.

Destinasi Mekkah, Madinah, Kairo, Baghdad, dan Damascus adalah tujuan para penimba ilmu masa itu.

Meskipun terkendala transportasi dan komunikasi, namun dengan niat dan tekad yang bulat, para santri jaman itu menjadi ulama besar, yang kaya akan khazanah keilmuan dan wawasan yang luas, saat kembali ke tanah air.

Mengapa santri perlu migrasi ke luar negeri? Pertama, ajaran untuk mengembara mencari sumber ilmu adalah sebuah anjuran para guru dan ulama.

Imam Syafii, salah satu dari empat Imam yang terkenal, dalam bukunya malah menegaskan kepada murid-muridnya untuk bepergian ke luar lingkungan negerinya.

Dalam sejarahnya malah beliau berkelana dari Palestina tanah kelahirannya, ke Hijaz (Mekkah dan Madinah), ke Baghdad di Irak dan ke Kairo, Mesir sampai akhir hayatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com