Situasi berubah ketika sejumlah tokoh bergabung ke organisasi itu. Sebutlah Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara). Keduanya bergabung pada 1913.
Baca juga: Sumpah Pemuda dan Kedaulatan Bahasa Indonesia
Beberapa nama lain yang kelak berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia juga besar di Perhimpunan Indonesia seperti Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta.
Perhimpunan Indonesia mulai ikut bergerak melawan penjajah ketika para anggotanya kembali ke Tanah Air.
Menurut buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan Museum Sumpah Pemuda, setelah Tri Koro Dharmo dan Perhimpunan Indonesia bergeliat, muncul berbagai perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya.
Mulai dari Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.
Para pemuda ini punya tujuan bersama, yakni persatuan dan mengurangi perpecahan akibat perbedaan suku hingga agama. Mereka sadar bahwa persatuan dibutuhkan untuk mencapai kemerdekaan.
Dari situ, muncul inisiatif untuk melebur perhimpunan para pemuda ini ke dalam sebuah musyawarah besar. Inilah cikal bakal lahirnya Kongres Pemuda.
Baca juga: Kiprah Keturunan Tionghoa dalam Sumpah Pemuda...
Kongres Pemuda I digelar selama 3 hari yakni 30 April hingga 2 Mei 1926.
Namun, pidato-pidato dalam kongres itu belum bisa menyatukan para pemuda. Suasana kongres masih dipenuhi ego kedaerahan yang kuat dari tiap kelompok.
Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, para pemuda sadar bahwa egoisme kedaerahan hanya akan mempersulit perlawanan terhadap penjajah. Egoisme justru menjauhkan Indonesia dari kemerdekaan.
Dua tahun sejak Kongres Pemuda I, digelar Kongres Pemuda II tepatnya 27 sampai 28 Oktober 1928. Dalam pertemuan kali ini, kepanitiaan berasal dari berbagai perkumpulan.
Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin dari Jong Batak sebagai bendahara.
Mereka berkumpul di Batavia (Jakarta) dan menyepakati paham bersama tentang pentingnya persatuan pemuda. Para pemuda bersumpah untuk bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa satu, Indonesia.
Baca juga: Sumpah Pemuda, Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan...
Sumpah itu dideklarasikan sebagai hasil Kongres Pemuda II, yang kini dikenal sebagai ikrar Sumpah Pemuda. Begini bunyinya:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.