JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi berbagai potensi ancaman siber yang terjadi saat pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Menurutnya, BSSN sudah melakukan pengamanan siber untuk mendukung kelancaran KTT G20 sejak Juli 2022.
“Ancaman-ancaman (siber) tersebut antara lain seperti spear phishing (peretasan spesifik), malicious document atau virus yang ditempelkan pada dokumen, hijacking, fake wifi hingga operasi malware,” ujar Ariandi dilansir dari siaran pers di laman Sekretariat Kabinet, Kamis (27/10/2022).
Selain itu, BSSN juga mengawasi potensi ancaman pencurian data dari sebelum pelaksanaan KTT hingga berakhirnya Presidensi G20 Indonesia.
Baca juga: KSAD Pastikan TNI AD Siap Amankan KTT G20 di Bali
Kemudian, Ariandi menjelaskan, secara spesifik BSSN bertugas merencanakan beberapa langkah pengamanan siber dengan stakeholder terkait. Antara lain milik TNI, Polri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Sekretariat Kabinet, dan sejumlah pihak lainnya.
“Kami juga bekerjasama dengan penyelenggara jaringan internet dan event organizer yang mengampu pagelaran G20 ini. Ini sudah dilakukan sejak Juli lalu,” ujarnya.
Ariandi mengungkapkan, terdapat tiga dukungan klaster untuk pengamanan siber, yakni sebelum, saat, dan setelah acara.
Tujuannya agar memaksimalkan situasi pengamanan siber selama rangkaian konferensi.
Baca juga: Antisipasi Serangan Siber Saat KTT G20, Ini yang Dilakukan BSSN
Sebelum acara, kata Ariandi, pihaknya telah melakukan audit sistem manajemen informasi, pengukuran tingkat keamanan siber, serta memonitor anomali traffic dan potensi ancaman siber.
“Pada saat acara kita akan melakukan monitoring anomali traffic, pemantauan informasi insiden, pengamanan sinyal dan kontra penginderaan, serta melakukan digital forensik,” katanya.
Setelah acara, BSSN akan mengidentifikasi celah keamanan siber dan potensi ancaman pengungkapan data serta melakukan digital forensik dan insiden respons.
“Ini langkah-langkah yang kita lakukan agar penyelenggaraan KTT G20 bisa terlaksana dengan baik,” ujar Ariandi.
Baca juga: Begini Kesiapan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Sambut Delegasi G20 dari Berbagai Negara
Oleh karenanya, Ariandi memastikan pemerintah Indonesia menjamin keamanan siber selama penyelenggaraan KTT G20.
Sebagaimana diketahui, forum G20 adalah forum kerja sama 20 negara ekonomi utama dunia.
Forum KTT internasional yang akan digelar pada 15-16 November 2022 ini berfokus pada kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan, termasuk di negara-negara miskin dan kecil.
Komposisi negara anggota G20 mencakup 80 persen PDB dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi global.
Anggota-anggota G20 sendiri terdiri atas 19 negara dan 1 kawasan, yaitu: Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok atau China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Baca juga: BSSN Paparkan Jenis Ancaman Siber Jelang KTT G20: Dari Spear Phishing hingga Fake WiFi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.