JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, rencana pencapresan Anies Baswedan bisa menjadi titik puncak keretakan hubungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo.
Menurut Ujang, meski tak ditunjukkan ke publik, bukan tidak mungkin Jokowi tak senang dengan keputusan Nasdem mengusung Anies sebagai capres untuk pemilu 2024.
"Saya melihat pencapresan Anies ini menjadi titik klimaksnya hubungan tidak baik antara Jokowi dengan Surya Paloh," kata Ujang kepada Kompas.com, Senin (24/10/2022).
Baca juga: Nasdem: Ada Oknum Elite Politik yang Coba Jauhkan Anies dengan Jokowi Pakai Politik Kompor
Menurut Ujang, kerenggangan hubungan Paloh dengan Jokowi sedianya sudah tampak sejak awal pembentukan Kabinet Indonesia Maju, Oktober 2019 lalu.
Saat itu, presiden tak lagi memberikan kursi Jaksa Agung untuk Nasdem seperti pada pemerintahan periode pertama.
Friksi ini berlanjut akibat berbagai gesekan dan dinamika politik beberapa tahun terakhir. Puncaknya, Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres.
Bagaimanapun, kata Ujang, sosok Anies selama ini dikenal berseberangan dengan Jokowi. Sangat mungkin, Jokowi tak berkenan atas keputusan Nasdem, tetapi presiden sadar tak punya hak untuk melarang.
"Jokowi itu kan orang Jawa, meskipun Surya Paloh bilang Jokowi mengizinkan (pencapresan Anies), tapi bisa jadi di belakang tidak suka," ujar Ujang.
Sementara, lanjut Ujang, Nasdem nekat mendeklarasikan Anies sejak jauh-jauh hari demi mempersiapkan kemenangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu dan mengejar efek ekor jas (coat-tail effect) atau keuntungan dari pencapresan Anies.
Oleh karenanya, Paloh tetap pada keputusannya mengusung Anies, meski mungkin konsekuensinya tersisih dari kabinet Jokowi.
"Keberanian Nasdem mengusung Anies yang menjadi antitesa Jokowi inilah yang membuat Jokowi kelihatannya tidak enak untuk marah, tapi dipendam, marah tapi diam. Di situlah terjadi hubungan yang tidak bagus itu," kata Ujang.
Sebagaimana diketahui, hubungan Surya Paloh dan Jokowi diduga merenggang usai Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres. Jokowi sendiri sedianya belum pernah blak-blakan menyentil langkah Nasdem.
Hanya saja, ketika ditanya soal kemungkinan reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju pascadeklarasi Nasdem, Jokowi tak menutup peluang.
"Rencana selalu ada. Pelaksanaan nanti diputuskan," kata Jokowi saat meninjau lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Tegalluar, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).
Gelagat Jokowi beberapa waktu belakangan juga jadi sorotan. Di acara puncak peringatan HUT ke-58 Partai Golkar yang digelar pada Jumat (21/10/2022), Jokowi tak membalas rangkulan Paloh.
Dalam sebuah video yang kini viral di media sosial, tampak Paloh merangkulkan tangan kirinya ke punggung Jokowi. Sementara, tangan kanannya menepuk-nepuk tangan kiri mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Namun, Jokowi terlihat tidak membalas rangkulan Paloh. Presiden hanya menepuk pundak kiri bos Media Group itu.
Baca juga: Jokowi Sebut Jangan Sembrono Tentukan Capres, Ahmad Ali: Bukan untuk Nasdem
Dalam pidatonya di acara yang sama, Jokowi menyinggung soal deklarasi capres yang sembrono. Kendati pernyataan itu ditujukan buat Golkar, publik berspekulasi bahwa Jokowi tengah menyindir Nasdem yang telah mendeklarasikan Anies sebagai capres.
"Saya yakin Golkar akan dengan cermat, akan dengan teliti, akan dengan hati-hati, tidak sembrono dalam mendeklarasikan calon presiden 2024," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.