Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasto Blak-blakan Alasannya Getol Serang Nasdem: Karena Pernyataan Antitesis Jokowi

Kompas.com - 13/10/2022, 17:16 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan alasan partainya terkesan lebih banyak mengkritik Nasdem setelah mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres).

Hal itu membuat elite Nasdem bertanya-tanya mengapa hanya partainya yang diserang, sementara Partai Gerindra yang lebih dulu deklarasi capres terbilang minim serangan. 

"Karena antitesa (antitesis)," kata Hasto singkat ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2022).

Menurut Hasto, salah satu kader yang merupakan DPP Partai Nasdem mengutarakan Anies adalah antitesis Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Giliran Nasdem, Semua Jadi Salah, Jadi Menyerang dari Segala Penjuru

"Bayangkan ketika itu disampaikan sebagai suatu antitesis kepada Pak Jokowi. Pak Jokowi sedang menjabat yang juga sedang didukung oleh partai politik termasuk Nasdem," jelasnya.

"Ketika itu disampaikan oleh DPP-nya lho yang menyampaikan, sebagai antitesa," ucap Hasto.

PDI-P, kata Hasto, memberikan respons karena menilai pernyataan pengurus Partai Nasdem itu menciptakan kerumitan dan persoalan pada tata pemerintahan.

"Sementara yang dibahas presiden dengan menteri itu berkaitan dengan masa depan bangsa dan negara. Kalau itu bocor ke antitesanya bagaimana? Jadi aspek etika menimbulkan persoalan tata pemerintahan yang serius," sebut Hasto.

Baca juga: Soal Pencapresan Anies, Politisi Nasdem Minta Hasto Tak Campuri Urusan Partai Lain

Dikutip Kompas.tv, Ketua DPP Nasdem Zulfan Lindan menyebut Anies antitesis Jokowi dalam sebuah diskusi. Hal itu yang kemudian disoroti PDI-P.

Belakangan, Zulfan meminta soal antitesis itu tidak dipahami saling berlawanan.

“Dalam kaitan Anies Baswedan sebagai antitesis Pak Jokowi jangan dipahami saling bertabrakan,” ujar Zulfan.

Zulfan menuturkan antitesis yang dimaksud adalah perbedaan pola kerja Anies dan Jokowi, bukan prinsipnya.

Menurutnya, pola kerja Jokowi tipenya tidak mutar-mutar dan bergerak cepat. Sementara, Anies dinilai pendekatannya lebih pada konseptual dalam melakukan program kerja.

“Sebagaimana saya jelaskan dalam dialog total politik bahwa Jokowi punya pendekatan berpikir dan kerja,” jelas Zulfan.

“Pak Jokowi lebih melakukan pendekatan implementatif. Sementara itu Anies lebih melakukan pendekatan konseptualisasi yang mungkin saja implementasinya tidak sesegera Pak Jokowi,” ucap dia.

Politikus Partai Nasdem Zulfan Lindan di acara diskusi Total Politik, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (17/7/2022).KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA Politikus Partai Nasdem Zulfan Lindan di acara diskusi Total Politik, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (17/7/2022).

Zulfan Lindan Dinonaktifkan

Terkini, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem memutuskan untuk menonaktifkan Zulfan Lindan dari kepengurusan Partai Nasdem.

"Menonaktifkan saudara Zulfan Lindan dari kepengurusan DPP Partai Nasdem," tulis surat yang diterima Kompas.com dari Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya, Kamis.

Adapun surat itu ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate. Surat ditandatangani hari ini.

Dalam surat tersebut, Zulfan Lindan disebut mengeluarkan pernyataan yang tidak produktif. Bahkan, Zulfan Lindan dinilai cenderung menurunkan citra Partai Nasdem.

"Maka Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem menyampaikan peringatan keras kepada saudara Zulfan Lindan, atas berbagai pernyataan di media," isi surat tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com