Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja Maraton TGIPF demi Bongkar Penyebab Tragedi Kanjuruhan

Kompas.com - 12/10/2022, 08:44 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) bekerja maraton untuk mencari penyebab terjadinya tragedi kelam Kanjuruhan yang mengakibatkan 132 orang meninggal dunia dalam laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya awal bulan ini.

Dalam upaya mencari akar permasalahan tersebut, TGIPF telah melakukan investigasi lapangan di tiga kota, yakni di Malang, Surabaya, dan Jakarta. Dari hasil investigasi, TGIPF menyatakan telah menemukan beberapa bukti penting, salah satunya gas air mata yang ditembakkan polisi ke suporter.

Saat ini, TGIPF tengah memeriksa kandungan gas air mata tersebut di laboratorium.

Baca juga: Naswa, Korban Tragedi Kanjuruhan: Mata Masih Merah, Kaki dan Tangan Sulit Digerakkan

Di Jakarta, TGIPF memeriksa beberapa pihak untuk dimintai klarifikasi terkait penyelenggaraan pertandingan itu. Pemeriksaan dilakukan di Kantor Kemenko Polhukam pada Selasa (11/10/2022).

Ada empat pihak yang diperiksa, yakni PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), PT Indosiar Visual Mandiri sebagai pemegang hak siar pertandingan, serta diskusi dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) atas investigas yang telah mereka lakukan.

Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita menegaskan bahwa pihaknya siap bertanggung jawab atas tragedi yang turut membuat ratusan orang mengalami luka-luka itu.

Baca juga: TGIPF Analisis Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan Hari Ini

“Saya akan bertanggung jawab terhadap apa yang harus saya pertanggungjawabkan,” ucap Lukita terbata-bata.

Ia pun menyatakan bahwa peristiwa Kanjuruhan merupakan pelajaran berharga bagi dunia sepak bola nasional. Ia pun menyampaikan duka cita kepada keluarga korban yang ditinggalkan.

“Mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita semua seluruh stakeholder sepak bola,” terang dia.

Jam tayang jadi wewenang PT LIB

Sementara itu, Direktur Program dan Produksi Indosiar dan SCTV Harsiwi Achmad membantah bahwa pihaknya mengatur jam tayang pertandingan Arema kontra Persebaya saat tragedi itu terjadi.

Menurut dia, pengaturan jam tayang Liga 1, termasuk dalam hal ini pertandingan saat itu, telah ditentukan oleh PT LIB yang dikoordinasikan dengan Indosiar.

Baca juga: Komnas HAM Sebut Kantongi Video Kunci Penyebab Tragedi Kanjuruhan

“Jadwal tayang itu sudah disusun oleh LIB, dikoordinasikan dengan Indosiar, kemudian dalam perjalanannya terjadi dinamika dan ending-nya memang LIB yang menentukan tayang, kemudian Indosiar harus mengikuti jadwal tayang tersebut,” ujar Harsiwi yang mewakiki PT Indosiar Visual Mandiri.

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita (kiri) di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022).(KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA) Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita (kiri) di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Ia pun membantah bahwa pertandingan itu sengaja ingin ditayangkan pada malam hari karena pertimbangan jam prime time di televisi. Demikian halnya saat dikonfirmasi mengenai adanya kepentingan iklan rokok sehingga jam tayang dilangsungkan pada malam hari.

“Saya kemukakan itu tidak benar,” katanya.

Harsiwi menegaskan bahwa sejak 2018 hingga saat ini, tidak pernah ada iklan rokok dalam penyelenggaraan Liga 1. Iklan rokok justru baru muncul setelah pertandingan selesai.

Baca juga: Komnas HAM: Gas Air Mata Penyebab Utama 132 Korban Meninggal di Tragedi Kanjuruhan

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com