Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Tragedi Sepak Bola Saat Hari Kesaktian Pancasila

Kompas.com - 03/10/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARI Sabtu, 1 Oktober 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Sebagaimana biasanya, upacara digelar di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Semangat hari Kesaktian Pancasila mulai terasa kembali setelah beberapa tahun belakangan beberapa stasiun televisi nasional mulai menayangkan film pemberontakan G30SPKI, yang di awal reformasi sempat diabaikan begitu saja.

Memang, beberapa penelitian terkini telah berhasil membuktikan bahwa nampaknya sebagian besar dari cerita di dalam film tersebut ada benarnya.

Karena itu, pelan-pelan spirit dari peristiwa yang tepatnya sebenarnya terjadi pagi hari tanggal 1 Oktober itu mulai terasa kembali.

Tak ada yang menduga, bahwa tahun ini akan ada tragedi lain yang mewarnainya, tragedi yang memakan korban tidak sedikit, belum genap sehari setelah Presiden Jokowi memimpin upacara Kesaktian Pancasila.

Sebuah kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, setelah berlangsungnya pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Aremania turun ke lapangan hijau setelah tim kesayangan mereka kalah dari rival bebuyutannya.

Situasi yang tidak kondusif memaksa petugas keamanan untuk bertindak. Alhasil, kericuhan dan kepanikan terjadi, terutama di area tribun Stadion Kanjuruhan.

Banyak korban berjatuhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Di beberapa rekaman video amatir yang beredar terlihat di ruangan dalam stadion hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya meregang nyawa.

Ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, menurut pantauan, suasana sebenarnya masih tergolong kondusif.

Hanya saja para pemain Persebaya Surabaya memang langsung berlari ke dalam ruang ganti sebagai langkah antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.

Sementara itu, para pemain Arema FC berjalan ke tengah lapangan seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka bermaksud memberikan penghormatan kepada Aremania yang telah memberikan dukungan penuh di Stadion Kanjuruhan, meski pada akhirnya Singo Edan harus kalah.

Beberapa Aremania yang masuk lapangan tersebut tidak melakukan aksi yang anarkis, tapi justru menghampiri para pemain Singo Edan. Ada yang memeluk Sergio Silva, ada pula yang berbicara dengan kapten tim, Ahmad Alfarizi.

Namun, secara tiba-tiba seorang Aremania masuk lapangan sambil berlari membawa bendera Persebaya Surabaya yang dicoret. Aksi itu diikuti oleh Aremania lainnya yang masuk ke dalam lapangan dan jumlahnya semakin banyak.

Langkah tersebut justru mengawali insiden yang lebih besar. Banyak Aremania akhirnya menjadi korban. Beberapa gas air mata dengan terpaksa akhirnya ikut ditembakkan ke arah tribun, yang membuat kepanikan makin besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com