Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Slogan "Partai Wong Cilik" Jelang Pemilu 2024, Dinilai Hanya untuk Kepentingan Politik

Kompas.com - 29/09/2022, 10:12 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, jargon "partai wong cilik" alias partai rakyat kecil yang belakangan banyak digunakan partai politik Tanah Air tak lebih dari sekadar slogan.

Embel-embel itu dipakai untuk mencitrakan parpol sebagai yang paling dekat dengan rakyat kecil. Namun, di balik itu, ada misi meraup suara sebanyak-banyaknya dari masyarakat.

Tujuan akhirnya agar partai mendapat keuntungan dan kekuasaan.

"Partai wong cilik ini kan branding. Bagaimana usaha partai mendekatkan diri dengan konstituennya karena mau enggak mau di piramida populasi Indonesia paling besar ya ada di lapisan bawah atau wong cilik itu," kata Kunto kepada Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Puan: PDI-P dan PKB Sama-sama Partai Wong Sendal Jepit, Wong Cilik

Kunto mengatakan, publik sesungguhnya dapat menilai, apakah label partai wong cilik ini sejalan dengan perangai parpol, atau hanya sekadar label belaka.

Menurutnya, sejauh ini, slogan itu lebih banyak memberikan janji kosong.

"Dan kalau menurut saya, citra partainya wong cilik ini bisa jadi hanya slogan kosong dan sudah banyak masyarakat yang tidak percaya," ucapnya.

Boleh jadi, citra partai wong cilik lantas diterjemahkan parpol melalui tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak dibenarkan dalam demokrasi.

Misalnya, memanfaatkan situasi bencana atau krisis dengan memberikan bantuan ke masyarakat kecil, tetapi dibarengi kampanye kader partai.

Dalam proses tersebut sangat mungkin terjadi politik uang (money politics), pembelian suara (vote buying), hingga pembagian uang atau barang berkedok politik (pork barrel) dari politisi ke masyarakat sipil.

Sayangnya, kata Kunto, praktik-praktik ini masih langgeng di Indonesia lantaran banyak masyarakat yang merasa diuntungkan oleh pemberian si politisi.

"Ini sangat berbahaya bagi demokrasi. Namun, bagi warga ya itulah yang disebut sebagai partainya wong cilik, yang bisa menyediakan uang bantuan dalam waktu yang cepat ketika warganya sangat membutuhkan," ucapnya.

Maka, lanjut Kunto, dengan adanya praktik-praktik ini, tidak heran jika pada akhirnya parpol-parpol yang melabeli diri mereka partai wong cilik lebih mendapat tempat di hati masyarakat.

"Kalau situasi ekonomi semakin buruk, sangat mungkin money politic ini sangat efektif nanti di 2024. Dan peluang partai yang mengaku uang cilik ya selama dia melakukan money politic menurut saya peluang untuk dipilihnya besar," tutur dosen Universitas Padjadjaran itu.

Baca juga: PDI-P di Antara Koalisi Gerindra dan PKB...

Sebagaimana diketahui, belakangan, istilah partai wong cilik ramai dipakai oleh sejumlah partai politik, seperti PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Gerindra.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com