Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Detik-detik Pelanggaran HAM Berat di Paniai: Oknum TNI Tembak Warga dan Tikam dari Dekat

Kompas.com - 28/09/2022, 16:37 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengadilan Negeri Makassar kembali menggelar sidang kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Paniai, Papua yang terjadi pada tahun 2014. Agenda persidangan hari ini adalah mendengarkan keterangan saksi.

Salah satu saksi, Andi Riko Amir menjelaskan peristiwa tersebut bermula ketika 100 warga sipil mendatangi Markas Koramil 1705-02/Enarotali, Senin (8/12/2014), sekitar pukul 08.00 WIT.

Menurut Andi, massa mendatangi Koramil setempat sembari berteriak meminta pertanggungjawaban perbuatan personel TNI. Tetapi, ia tak mengerti pertanggungjawban apa yang dimaksud.

“Mereka mengatakan, ‘tolong tanggung jawab, kami punya masalah yang tadi malam, tentara tolong tanggung jawab kejadian semalam’,” ujar Andi kepada hakim, dikutip dari YouTube Pengadilan Negeri Makassar, Rabu siang.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Sayangkan Pengadilan HAM Berat Paniai Digelar di Makassar

Andi mengatakan bahwa situasi kemudian memanas. Massa yang hadir melempari Markas Koramil dengan batu dan panah.

“Di situ terjadi panah yang menancap di dinding Koramil dan kaca dilempari sampai rubuh,” terang anggota Polri yang kebetulan saat peristiwa ini terjadi tengah berada di Markas Koramil 1705-02/Enarotali.

Andi mengatakan, ketika massa berkumpul di depan halaman Markas Koramil 1705-02/Enarotali, setidaknya ada lebih dari lima prajurit TNI yang berada di dalam kantor.

Terdakwa Perwira Penghubung Kodim 1705/Paniai, Mayor Infanteri (Purnawirawan) Isak Sattu juga berada di lokasi ketika massa mendatangi Markas Koramil.

Baca juga: KSP Dorong Proses Peradilan Kasus Paniai Terbuka dan Obyektif

Saat mengetahui adanya lemparan batu dan panah, prajurit TNI yang berada di halaman dalam Markas Koramil meminta massa mundur.

Akan tetapi, permintaan prajurit tersebut tak dipenuhi oleh massa. Bahkan, mereka tetap melampari batu dan panah ke arah dalam halaman.

Selanjutnya, anggota Koramil meminta izin kepada Isak untuk mengusir massa dengan cepat agar personel tak menjadi korban. Izin tersebut disampaikan prajurit secara langsung.

Menurut Andi, permintaan prajurit tersebut dijawab Isak agar menahan diri terlebih dahulu sembari menelepon Kapten Junaid, selaku Danramil yang kebetulan ketika itu tidak berada di tempat.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Minta Para Saksi Dihadirkan dalam Pengadilan HAM Kasus Paniai

Ia mengaku tidak mengetahui apa yang disampaikan dalam pembicaraan keduanya melalui sambungan telepon itu.

Di sisi lain, Andi melihat ada prajurit yang masuk ke dalam kantor Koramil untuk mengambil senjata api laras panjang sembari meminta izin kepada Isak.

“Pabung (Isak) bilang jangan, anggota ribut, ‘ya sudah tapi tunggu perintah’,” ujar Andi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com