JAKARTA, KOMPAS.com - Bursa calon Panglima TNI pengganti Jenderal Andika Perkasa mulai menghangat. Sebagaimana diketahui, Andika pensiun pada Desember 2022.
Masih menjadi tanda tanya, siapa sosok pengganti orang nomor satu di TNI itu.
Namun, sejauh ini, santer beredar tiga nama kepala staf angkatan dari tiga matra TNI. Pertama, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Baca juga: Tanda Tanya Panglima TNI Pengganti Andika Perkasa dan Mencuatnya Sosok KSAL Yudo Margono
Dari tiga nama, kepada siapa "restu" Jenderal Andika Perkasa akan berlabuh?
Di tengah pembahasan soal kursi pimpinan tertinggi militer, sempat berembus kabar tak sedap tentang disharmoni hubungan Jenderal Andika dengan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Isu ini mencuat ketika Dudung absen dari rapat Komisi I DPR pada Senin (5/9/2022) yang dihadiri Panglima TNI. Dudung menjadi satu-satunya kepala staf yang tak tampak lantaran rapat itu juga dihadiri oleh KSAL dan KSAU.
Baca juga: Utak-atik Jelang Pensiunnya Andika Perkasa, ‘Potong Generasi’ atau Perpanjang Panglima TNI?
Terkait ini, Dudung beralasan, dirinya mendapat perintah dari Andika untuk mengecek kesiapan Batalion 143 yang akan ditugaskan ke daerah operasi.
Dudung bilang, pengecekan ini lebih penting karena sudah tertunda beberapa kali.
Isu ketidakharmonisan Dudung dan Andika berlanjut tatkala Panglima tak hadir dalam kegiatan pengukuhan anggota Komisi Cadangan (Komcad) di Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (8/9/2022). Padahal, tiga kepala staf TNI hadir seluruhnya.
Terkait isu keretakan ini, Dudung mengeklaim tetap berhubungan baik dengan Andika. Dia mengatakan, tak ada perpecahan apa pun.
"Saya dengan Panglima TNI sampai sekarang masih baik-baik saja. Tidak ada perbedaan apa pun," kata Dudung di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Dudung mengaku sudah berkomunikasi dengan Andika meski belum bertemu langsung usai isu keretakan hubungan mereka mencuat.
"Saya sudah SMS-an enggak ada masalah, enggak ada yang dipermasalahkan, TNI solid. Kalau ada perbedaan itu biasa," ujarnya.
Dudung sebelumnya juga menyatakan bahwa TNI tetap solid. Menurutnya, ada beberapa pihak yang mencoba mengganggu dan membelah persatuan serta kesatuan di internal militer.
"Ada yang coba-coba mengganggu persatuan dan kesatuan soliditas TNI. TNI Angkatan Darat, pada umumnya TNI, tetap solid," kata mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu.
Baca juga: Andika Kian Mesra dengan Yudo, Sinyal Pergantian Panglima TNI Tak Akan Diwarnai Keributan
Beberapa hari setelahnya, tepatnya Minggu (11/9/2022), Panglima hadir dalam acara pameran industri kemaritiman/Naval Expo di Balai Samudera, Jakarta. Dalam acara itu, hadir pula KSAL Yudo Margono.
Di hadapan Yudo, Andika sempat menyinggung soal pentingnya keberlanjutan kepemimpinan di tubuh militer.
Awalnya, Andika ditanya pesannya terhadap Angkatan Laut yang baru berulang tahun pada 10 September 2022.
Ia menjawab, TNI AL sudah berlari dengan kecepatan maksimal dengan anggaran yang dimiliki. Upaya maksimal TNI AL, menurut dia, terlihat dari berbagai latihan maupun ragam pengadaan.
Baca juga: Panglima TNI Dinilai Jatah Angkatan Laut Menjelang Jenderal Andika Perkasa Pensiun
Oleh karenanya, Andika mengatakan, penting untuk mempertahankan kepemimpinan ini.
"Kalau ini terus dipertahankan, kontinuitas yang paling penting, leadership (kepemimpinan) juga dipertahankan, maka TNI AL bisa akan maju, sesuai dengan anggaran," kata Panglima TNI kepada awak media, Minggu.
Dalam kesempatan yang sama, KSAL Yudo Margono pun angkat bicara soal spekulasi calon Panglima TNI. Dia mengaku siap seandainya Presiden Joko Widodo benar-benar memilihnya sebagai calon Panglima TNI.
Menurutnya, sudah menjadi prinsip prajurit untuk patuh kepada perintah.
"Saya sampaikan, prajurit, bukan saya saja, kalau diperintah, ditunjuk pasti akan siap," kata Yudo.
"Saya yakin, jawaban semua prajurit ini kalau ditanya pasti siap, pasti siap. Memang, yang ada, prajurit untuk diperintah dan melaksanakan tugas, pasti akan siap," tuturnya.
Meski demikian, Yudo mengaku tak ingin berandai-andai perihal ini. Ia menyerahkan keputusan tersebut ke presiden sebagai pemegang kewenangan untuk menunjuk Panglima TNI.
"Kan disebut, ya sudah, wong disebut. Itu tadi, kembali lagi saya sampaikan itu adalah hak prerogatif presiden," kata Yudo.
"Jadi jangan disebut-sebut, jangan diandai-andai," ujarnya lagi.
Terkait ini, pengamat pertahanan Anton Aliabbas menilai, wajar jika kebersamaan Andika Perkasa dengan Yudo Margono dinilai sebagai sinyal dukungan kursi Panglima TNI.
Sebenarnya, kata dia, kebersamaan antara para petinggi TNI merupakan hal biasa. Namun, di tengah pergantian tongkat kepemimpinan militer, momen Andika dan Yudo jadi sorotan.
Apalagi, kemesraan keduanya tampak ketika isu disharmoni Andika dengan Dudung Abdurachman belum reda.
"Memang tidak bisa dihindari ada kesan Andika mendukung Yudo sebagai penggantinya," kata Anton kepada Kompas.com, Selasa (13/9/2022).
Menurut Anton, secara normatif, KSAL memang berpeluang cukup besar untuk menjadi Panglima TNI pengganti Andika.
Mengacu Pasal 13 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, posisi Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian.
Sementara, merujuk visi pemerintah, Presiden Jokowi sejak awal terpilih telah menggaungkan tentang Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Jadi memang ada alasan kuat untuk menunjuk KSAL sebagai Panglima TNI," ujar Anton.
Baca juga: Panglima Andika Segera Pensiun, Mahfud MD: Ada Mekanismenya, Tunggu Saja
Anton mengatakan, penunjukan Panglima TNI memang sepenuhnya hak prerogatif presiden.
Namun, menurutnya, ada baiknya Jokowi juga memperhatikan moril para prajurit, terutama dari TNI AL
Ini mengingat hanya KSAL yang belum mendapat giliran memegang posisi Panglima TNI sejak Jokowi menjabat pada 2014.
Padahal, rotasi bergilir kepemimpinan TNI sejak era reformasi didasari semangat kesetaraan antarmatra.
"Hal ini didasari pada pengalaman di era Orde Baru, hanya elite satu matra saja yang menjabat Panglima Angkatan Bersenjata," kata Anton.
"Dengan demikian, jika semua matra mendapat giliran menjabat posisi Panglima TNI, tentu sedikit banyak akan menunjukkan rasa kesetaraan tersebut," lanjut Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.