Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menanti Dewi Themis pada Kasus Brigadir Yosua

Kompas.com - 08/09/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedekatan hubungan akan memengaruhi pengakuan-pengakuan dan kesaksian satu dengan yang lainnya, sehingga meskipun penyidik bekerja dengan sunggug-sungguh dan jujur namun tidak mendapatkan bukti hukum dan sanksi yang sebenarnya.

Tentu saja ini memerlukan kerja berat pihak kepolisian dalam melakukan penyidikan, kerja keras jaksa dalam mendakwa dan menuntut hukuman, serta kerja keras hakim dalam memberikan putusan yang benar-benar adil.

Kesulitan lain dalam penegakan hukum secara adil dalam kasus di atas adalah tidak adanya saksi yang netral, yang tidak memiliki kedekatan hubungan dengan para tersangka.

Fakta hukum yang diperoleh penyidik, dan nantinya oleh jaksa dan hakim hanya berasal dari pihak yang bernasib sama sebagai tersangka.

Kepolisian, jaksa, dan hakim tidak mendapatkan fakta hukum yang berimbang dari saksi yang netral.

Kondisi ini dapat mendorong proses penyidikan oleh kepolisian, dakwaan dan tuntutan oleh jaksa, dan putusan pengadilan oleh hakim cenderung sesuai dengan fakta hukum yang diberikan oleh para tersangka.

Korban pembunuhan makin terpojok dan dianggap bahkan dinyatakan orang yang bersalah, yang berakibat pada terjadinya pembunuhan oleh tersangka.

Dalam hal di atas, proses penegakan hukum kasus pembunuhan Brigadir J hanya akan membuktikan kasus pembunuhannya berdasarkan bukti-bukti dalam persidangan dan mengakuan para tersangka, namun tidak dapat mengungkapkan motif pembunuhan yang sebenarnya.

Pada saat peridangan di pengadilan, para tersangka tidak bisa menghindari dakwaan dan tuntutan hukuman jaksa, karena alibinya sangat kuat ada pada tempat kejadian perkara.

Namun karena tidak ada orang lain sebagai sanksi di tempat kejadian perkara, maka tidak ada fakta hukum penyeimbang terhadap fakta hukum yang dikemukakan oleh para tersangka.

Ini dapat berakibat pada munculnya putusan pengadilan yang kurang memberikan keadilan kepada korban (Brigadir J) dan keadilan hukum pada umumnya.

Meskipun di Indonesia sejak tahun 1960 Dewi Themis telah diganti dengan pohon beringin, namun spirit Dewi Themis tetap hidup di dunia hukum Indonesia.

Matanya yang tertutup, tangan kanannya yang menjunjung tinggi timbangan yang berimbang, dan tangan kirinya memegang pedang yang mengarah ke bawah, diharapkan menjadi inspirasi bagi kepolisian, jaksa, dan hakim untuk mengungkap kasus yang sebenarnya dan memberikan putusan yang benar-benar adil.

Pedang yang melambangkan kekuasaan tidak digunakan untuk memaksakan keadilan kepada pihak tertentu.

Matanya yang tajam tidak digunakan untuk melihat pihak mana yang akan diberikan keadilan. Bangsa Indonesia sangat menanti Dewi Themis hadir dalam proses penegakkan hukum kasus pembunuhan Brigadir J.

Sifat bijaksana dan jujur Dewa Themis diharapkan menjelama pada sikap bijaksana dan jujur kepolisian, jaksa, dan hakim dalam menegakkan hukum, agar mampu memproses dan memutus secara adil kasus pembunuhan Brigadir J.

Hukum yang bertujuan memberikan keadilan dapat diwujudkan bagi Brigadir J dan Bangsa Indonesia.

Meskipun tidak ada saksi yang netral, sulitnya mengungkap fakta hukum yang menjadi penyebab pembunuhan Brigadir J, dan meskipun langit akan runtuh, namun keadilan bagi Brigadir J tetap ditegakkan (fia Justitia ruat caelum).

*Ahli Hukum Universitas Tarumanagara Jakarta

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com