Sensor itu dapat mendeteksi apabila ada perubahan yang abnormal dari tubuh Anda. Hasil pembacaan mengenai reaksi tubuh akan diterjemahkan oleh perangkat elektronik dan tertera pada sebuah kertas dalam bentuk grafik.
Upaya membuat alat untuk menguji kebohongan seseorang sudah dilakukan sejak 1800-an.
Pada 1858, pakar fisiologi asal Prancis Étienne-Jules Marey mencatat ada perubahan reaksi tubuh seseorang yang bisa diukur jika merasa tidak nyaman dalam kondisi tertentu saat menjalani pemeriksaan.
Dikutip dari National Library of Medicine di National Center for Biotechnologuy Information di Maryland, Amerika Serikat, pengembangan perangkat untuk menguji kebohongan pertama kali dilakukan pada 1881.
Saat itu seorang kriminolog sekaligus dokter dan antropolog asal Italia, Cesare Lombrosso, membuat sebuah sarung tangan khusus untuk mengukur tekanan darah seorang tersangka yang menjalani interogasi.
Hasil perubahan tekanan darah tersangka yang dideteksi melalui sarung tangan Lombrosso itu diterjemahkan dalam bentuk grafik.
Dikutip dari binus.as.id, perangkat lie detector juga dikembangkan oleh ahli jantung dari Inggris, James Mackenzie, pada 1906.
Teknik yang ditemukan Lombrosso kemudian dikembangkan oleh William M. Marston pada 1921.
Beberapa tahun berselang, John Larson dan Leonard Keele merancang sebuah perangkat yang bisa merekam reaksi denyut jantung dan pernapasan seseorang saat menjalani pemeriksaan.
Perangkat dan model pemeriksaan yang dikembangkan para ahli di atas menjadi landasan uji poligraf yang dilakukan hingga hari ini.
Diketahui, Brigadir J telah meninggal dunia dengan sejumlah luka tembak di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta, 8 Juli 2022.
Dari hasil penyidikan tim khusus Polri mengungkapkan Brigadir J tewas akibat ditembak oleh Bharada E atau Richard Eliezer.
Penembakan itu diperintahkan langsung oleh Ferdy Sambo.
Bahkan, dalam tayangan video animasi hasil rekonstruksi yang dibuat Polri menunjukkan bahwa Ferdy Sambo ikut menembak Brigadir J saat ajudannya itu sudah tergeletak dan bersimbah darah di lantai.
Kelima tersangka dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J dijerat pasal pembunuhan berencana yakni Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 dan atau 56 KUHP.
(Penulis : Rahel Narda Chaterine | Editor : Sabrina Asril)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.