Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Pemerkosaan Putri Candrawathi di Magelang Dinilai Tak Masuk Akal

Kompas.com - 05/09/2022, 07:50 WIB
Syakirun Ni'am,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa di Magelang, Jawa Tengah yang diduga melatarbelakangi kemarahan mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo hingga kemudian memerintahkan agar mantan anak buahnya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dieksekusi hingga kini masih belum jelas. 

Berdasarkan pengakuan Putri Candrawathi kepada Komnas Perempuan, dirinya mengalami dugaan tindak kekerasan seksual oleh Brigadir J di rumah Magelang pada 7 Juli, atau sehari sebelum J ditembak Richard Eliezer atau Bharada E atas perintah Sambo.

Baca juga: Mengenal Wajib Lapor untuk Putri Candrawathi dalam Kasus Brigadir J

“Yang disampaikan kepada kami yang terjadi di Magelang adalah perkosaan,” kata Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi dalam program acara News Update Live Kompas.com, Jumat (2/9/2022).

Ia mengklaim, bukan perkara mudah menggali keterangan Putri. Pada pertemuan pertama dan kedua, Putri hanya menangis tanpa suara dan hanya mengangguk saat menjawab pertanyaan. 

Informasi mengenai dugaan perkosaan itu diketahui pada pertemuan ketiga dan keempat pada 21 dan 23 Agustus 2022, setelah Putri didampingi oleh psikolog, keluarga dan pendetanya. 

Baca juga: Komnas Perempuan: Gestur Putri Candrawathi Tunjukkan Indikasi Trauma Korban Kekerasan Seksual

Saat menceritakan peristiwa di Magelang, ia menyebut, tangan Putri menggenggam kencang, memijat jarinya sendiri dengan keras, serta luapan emosi dan gestur seperti menangis.

“Dalam menyampaikan peristiwa kekerasan seksual di Magelang, P (Putri) menunjukkan indikasi trauma korban,” ujar Aminah.

Ia menambahkan, kesimpulan dugaan terjadinya perkosaan itu berdasarkan pada tiga hal yakni, keterangan Putri dan asisten rumah tangganya bernama Susi, kesesuaian keterangan asisten rumah tangganya yang lainnya bernama Kuat Ma’ruf dengan kekasih Brigadir J, Vera Simanjuntak.

Baca juga: Kriminolog Ragu soal Dugaan Perkosaan terhadap Putri Candrawathi

 

Namun untuk memperkuat dugaan itu, Komnas Perempuan merekomendasikan agar penyidik mendalami dugaan kasus pemerkosaan di Magelang.

“Untuk pengumpulan bukti menjadi tugas dari kepolisian,” kata Aminah saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/9/2022).

Meski demikian, bukan perkara mudah untuk mengungkap dugaan ini. Sebab, menurut Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian Djajadi tidak ada CCTV di rumah tersebut.

"Tidak ada CCTV di rumah Magelang," kata Andi kepada wartawan, Sabtu (3/9/2022).

Baca juga: Komnas Perempuan Minta Polisi Dalami Dugaan Perkosaan terhadap Putri Candrawathi di Magelang

Tak masuk akal

Sementara itu, aktivis yang menginisiasi gerakan 3.000 lilin untuk Brigadir J, Irma Hutabarat menilai dugaan perkosaan itu tidak logis.

Menurutnya, dugaan itu mengabaikan adanya relasi kuasa antara Putri atas Brigadir J di rumah Sambo, seorang jenderal polisi bintang dua.

Selain itu, Brigadir J yang juga berasal dari keluarga Batak yang sangat menghargai perempuan dan ibu.

“Tidak masuk akal, baik dari sisi relasi kuasa maupun karakter Yosua yang kerap dilupakan,” kata Irma saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/9/2022).

Baca juga: Brigadir J Diduga Perkosa Putri Candrawathi, Komnas HAM: Keterangan Pacar Perkuat Kesaksian Pelecehan Seksual Istri Ferdy Sambo

Ia menduga, narasi pemerkosaan yang baru berkembang beberapa waktu terakhir merupakan skenario lain Sambo.

Sebagaimana diketahui, jenderal bintang dua itu sempat membangun sejumlah rekayasa seperti narasi tembak menembak Bharada E dengan Brigadir J, dugaan pelecehan di rumah dinas Duren Tiga, hingga menghilangkan barang bukti.

Menurut Irma, Sambo dan istrinya masih leluasa membangun skenario dan rekayasa terkait kematian Yosua.

“Sambo dan PC (Putri Candrawathi) bisa bebas merekayasa skenario dan menjalankan pengalihan isu karena (Putri) tak ditahan,” ujar Irma.

Baca juga: Sering Dinilai Istimewakan Putri Candrawathi, Komnas Perempuan: Ini Berlaku untuk Semua Perempuan

Sementara itu, kandidat doktor bidang Kriminologi Australian National University, Leopold Sudaryono turut mengamini Irma. Ia menduga tidak ada pemerkosaan terhadap Putri sebagaimana narasi yang berkembang.

Namun, ia menduga, ada hubungan khusus yang bersifat konsensual antara keduanya. Hal itu terlihat saat Yosua meminta Putri memerintahkan ajudannya yang lain, Brigadir Ricky Rizal menyerahkan senjatanya yang disita pasca keributan di Magelang.

“Saya meyakini tidak ada kekerasan seksual oleh seorang brigadir ataupun pembantu terhadap Bu PC (Putri Candrawathi). Hubungan khusus yang ada bersifat konsensual,” kata Leo.

Baca juga: Komnas Perempuan Sebut Bentuk Kekerasan Seksual terhadap Putri Candrawathi di Magelang Adalah Perkosaan

Namun, hubungan khusus itu tidak diketahui semua ajudan, asisten rumah tangga, maupun sopirnya. Karena itu, mereka menjadi emosi saat Brigadir J menggendong Putri dan berdua di dalam kamar di Magelang.

“Saat mereka melihat dua indikasi di mana J mendekati secara fisik (berusaha membopong) dan di kamar berduaan, mereka marah dan mengancam,” tutur Leo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com