Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bidik Suara Loyalis Soeharto, Parsindo Dinilai Harus Belajar dari Pengalaman Berkarya

Kompas.com - 15/08/2022, 13:10 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor berpandangan, sulit bagi Partai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo) untuk lolos parlemen Senayan jika masih menargetkan ceruk loyalis Presiden kedua RI Soeharto.

Pasalnya, dia melihat loyalis Soeharto saat ini sudah menipis, bahkan sedikit jumlahnya.

"Saya kira iya, susah lah kalau mereka menargetkan loyalis Soeharto ya," kata Firman saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/8/2022).

Baca juga: KPU Nyatakan Berkas Pendaftaran Partai Republiku dan Parsindo Lengkap

Sedikitnya loyalis Soeharto itu, menurutnya, sudah dapat dilihat dari Partai Beringin Karya (Berkarya), yang sempat dinahkodai Tommy Soeharto sebelum bergabung ke partai ini.

Saat itu, pada Pemilu 2019, Partai Berkarya tidak lolos ke Senayan akibat perolehan suara hanya sekitar 2 persen.

"Saya kira itu bisa menjadi barometer yang cukup bisa melihat situasi dalam 'loyalis' Soeharto itu," ucapnya.

Selain itu, ia beralasan, Soeharto tidak mengkaderisasi secara ideologis para loyalisnya. Hal ini berbeda dengan Presiden pertama RI Soekarno yang memiliki hubungan ideologis kuat dengan pengikutnya.

Baca juga: Parsindo Fokus Garap Suara Loyalis Soeharto, Klaim Incar 5 Besar Suara Terbanyak DPR

Menurut dia, Bung Karno memiliki catatan dan pikiran yang sangat mendalam, sehingga memiliki pengaruh besar kepada para loyalisnya.

"Ada suatu ikatan ideologis kuat yang dari situ kemudian meninggalkan legacy yang tertanam cukup kuat di pemikiran dan juga dari sisi idealisme," jelas Firman.

Di sisi lain, banyak partai baru yang menyerukan kepada publik untuk meninggalkan Orde Baru, yang selama ini lekat dengan Soeharto.

Atas hal tersebut, Firman menyarankan Parsindo untuk melihat ceruk-ceruk selain loyalis Soeharto.

Atau, lanjut Firman, Parsindo bisa membawa tema program-program Soeharto yang dinilai oleh sebagian masyarakat masih relevan di zaman sekarang.

Baca juga: KPU Minta Bawaslu Tolak Permohonan Partai Rakyat, Parsindo dan Idaman

"Jangan dikatakan loyalis Soeharto, (harusnya) ingin menciptakan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Mungkin kalau temanya seperti ini akan jauh lebih menarik, tanpa harus membawa embel embel Soeharto," pungkasnya.

Sebelumnya, Parsindo memasang target 5 besar perolehan suara terbanyak di DPR RI pada Pemilu 2024 nanti.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Parsindo Jusuf Rizal setelah mendaftarkan partainya sebagai calon peserta Pemilu 2024 ke KPU RI, Jumat (12/8/2022).

Jusuf menyampaikan, suara loyalis Soeharto akan menjadi fokus untuk digarap.

Sebagai informasi, Parsindo merupakan pelabuhan bagi gerbong Tommy Soeharto yang tersingkir dari Partai Berkarya.

Baca juga: PBB, Partai Idaman, dan Parsindo Minta Tetap Diloloskan Ikut Pemilu 2019

"Target kita Parsindo ini didukung hampir 20 juta pendukung Bapak Soeharto, lewat loyalis yang biasanya habis pascareformasi yang tertidur dan tidak bergerak setelah 24 tahun," ujarnya kepada wartawan, Jumat.

"Kami bangkitkan mereka dan agar mereka menjadi bagian dari pembangunan bangsa dan suara mereka kita rangkul melalui Parsindo," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com