Pertama, tak mungkin ada peristiwa seberdarah dan semisterius itu terjadi begitu saja di dalam institusi penegak hukum seperti Polri tanpa sebab.
Kedua, juga nyaris tak mungkin jika sebabnya hanya perkara sepele dan esek-esek sementara taruhannya adalah pidana seumur hidup, bahkan hukuman mati bagi pelakunya dan kerusakan reputasi bagi institusi Polri.
Dengan kata lain, ada sesuatu di balik sesuatu alias ada lapisan dalam, boleh jadi tidak hanya satu lapis, yang tersembunyi jauh dari jangkauan mata awam.
Karena itu, untuk saat ini, publik mengapresiasi hasil investigasi sementara Timsus bentukan Kapolri karena berhasil menjadi secercah cahaya di lorong gelap yang sangat membingungkan dan telah menyita perhatian publik.
Dan saya yakin, publik akan sangat paham jika kasus ini membutuhkan waktu dan ketelitian kelas dewa untuk sampai pada keputusan final yang benar-benar jelas dan pasti.
Apalagi, kejanggalan-kejanggalan yang meliputi kasus ini sedari awal menjadi pertanda bahwa persoalannya tidak sebatas fakta bahwa ada beberapa peluru yang telah ditembakkan dan menewaskan satu personel polisi, tapi lebih dari itu.
Oleh karena itu, keberanian Kapolri menyampaikan narasi baru hasil investigasi Timsus yang berbeda sama sekali dengan narasi awal pihak polisi adalah sebuah terobosan luar biasa di satu sisi dan secercah cahaya yang sangat bermakna bagi publik di sisi lain.
Memang tidak mudah bagi beliau untuk sampai ke posisi itu. Bahkan dibutuhkan empat kali penekanan dari Presiden Jokowi dan beberapa kali pernyataan afirmatif dari Menteri Koordinator Polhukam Mahfud MD sebelum Kapolri melakukan konferensi pers penetapan tersangka Ferdy Sambo.
Tapi bukan keberanian yang pertama bagi Listyo Sigit secara pribadi tentunya. Berkat tangan dinginnya, ketika masih menjabat Kabareskrim, Listyo Sigit juga berhasil membawa perwira tinggi Polri ke penjara, yakni Irjen Napoleon Bonaparte dalam kasus Djoko Candra.
Kasus ini memang masih jauh dari garis "finish." Tanggung Jawab Kapolri untuk menuntaskan kasus ini dan berbagai macam misteri yang menyempil bersamanya, masih sangat ditunggu publik.
Pemeriksaan 31 personel Polri, masih berpeluang bertambah, dari perwira tinggi sampai ke bawah, adalah pertanda bahwa fakta-fakta yang tersembunyi maupun disembunyikan berkemungkinan besar bukanlah sekadar fakta pidana biasa.
Dengan kata lain, keberanian Kapolri hari ini barulah sebagian kecil keberanian yang sejatinya dibutuhkan untuk mengungkap tuntas kasus ini.
Oleh karena itu, publik harus terus memberikan dukungan positif agar keberanian yang diperlihatkan Kapolri kemarin, tetap terjaga secara konsisten sampai kasus ini selesai secara tuntas.
Bahkan lebih dari itu, keberanian Kapolri juga semestinya menjadi preseden bagi penegak hukum lainnya, terutama KPK, yang sudah menangkap beberapa pihak terkait kasus korupsi, termasuk Mardani Maming, politisi PDIP dan kader NU, di satu sisi, tapi gagal mencegah Bupati Memberamo yang terlibat kasus korupsi lalu melarikan diri ke Papua Nuigini dan beberapa tahun masih juga gagal untuk menemukan Harun Masiku di sisi lain.
Bahkan akan jauh lebih baik jika Jokowi juga memberikan dorongan dan jaminan politik kepada Ketua KPK untuk segera mengungkap tuntas kasus-kasus korupsi tersebut, layaknya saat Jokowi memberikan tekanan politik kepada Kapolri untuk mengungkap kasus kematian Brigadir J seterang-terangnya.