Pengungkapan kasus dalam Institusi sebesar Polri yang birokratis dan hirarkis memang tidak semudah berasumsi di media sosial.
Dan saya kira, Kapolri sangat memahami hal tersebut.
Karena itu, dibutuhkan upaya ekstra untuk mengamankan proses investigasi di berbagai tingkatan, agar tidak ada yang mencoba-coba untuk memengaruhi proses investigasi, sekecil apapun pengaruh tersebut.
Baca juga: Soal Tersangka Kasus Brigadir J Bertambah, Kabareskrim: Tunggu Ekspose Besok
Singkatnya, kejujuran dan komitmen atas kebenaran dari seorang Kapolri sangatlah vital sifatnya.
Oleh karena itu, apa yang telah ditunjukkan oleh Kapolri, sampai perkembangan terbaru atas kasus ini, sangat layak diacungi jempol.
Kapolri terlihat sangat serius ingin mengungkap kebenaran kasus kematian Brigadir J di satu sisi dan sangat hati-hati dalam prosesnya di sisi lain.
Kembali sejumlah fakta baru terungkap seiring dengan perkembangan kasus hukum yang menyelimuti misteri terbunuhnya Brigadir Yoshua.
Mulai dari "penempatan khusus" Irjen Ferdy Sambo di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, sampai lem yang secara eksklusif saya temukan dari dokumen otopsi kedua Brigadir Yoshua. Ada apa?
Sumber sejumlah perwira di lingkungan Mabes Polri yang saya dapatkan adalah terkait dengan pengakuan jujur Bharada Eliezer, akan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
Informasi yang didapatkan, bukan Bharada Eliezer yang menembak Yoshua.
Baca juga: Mengenang 30 Hari Kematian Brigadir J, Warga Gelar Aksi 3.000 Lilin di Taman Ismail Marzuki
Pada saat Eliezer datang, Yoshua sudah bersimbah darah di salah satu ruangan di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
Soal kebenaran hal ini, tentu menjadi fokus penyelidikan Tim Khusus (Timsus) bentukan Kapolri.
Karena Timsus bekerja dengan asas Pro Justitia, alias demi keadilan-yang berarti hasil penyelidikannya akan berlanjut ke penyidikan hingga ke sidang pengadilan.
Di sisi lain, saya mendapatkan fakta yang tak kalah mengejutkan.